Berkat Band Indie Tanjungsari, Jembatan Cincin Kembali Viral

Berkat Band Indie Tanjungsari, Jembatan Cincin Kembali Viral
Personel Band asal Tanjungsari The Panturas foto dengan latar Jembatan Cincin Jatinangor. (Foto: Dok.The Panturas)
0 Komentar

SUMEKS, Kota – Jembatan Cincin di Jatinangor kembali menjadi perbincangan. aset peninggalan Belanda itu, kembali viral setelah dipakai background panggung untuk konser virtual Band asal Tanjungsari ‘The Panturas’.

Band tersebut merupakan band yang cukup terkenal bagi kalangan pecinta musik Indie bergenre Surf Rock

The Panturas meluncurkan vidio konser virtualnya pada 8 oktober 2021. Salah seorang pentolan band tersebut Surya Fikri atau lebih akrab dipanggil Kuya, menceritakan alasan mereka memilih jembatan cincin sebagai tempat membuat vidio konser mereka

Baca Juga:Proyek Tol Tahap Dua Banyak MasalahDua Minggu Tidak Ngocor, BAB Pakai Air Galon

“Kami siarkan langsung dari dua tempat penting sekaligus rumah; Jatinangor dan Tanjungsari. Jatinangor dan Tanjungsari penting bagi kami,” jelas Kuya melalui pesan sosial media

Dinamakan Jembatan Cincin, karena berbentuk seperti potongan cincin separuh. Ada juga yang menyebutnya mirip dengan bentuk busur lengkung. Kondisinya kini memang kurang terawat, terlebih jembatan bersejarah itu belum juga ditetapkan sebagai bangunan heritage.

Jembatan Cincin yang merupakan salah satu bukti sejarah keberadaan kolonial Belanda di Sumedang, masih Kokoh berdiri di wilayah Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

Menurut catatan sejarah, jembatan tersebut dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS)  Perusahaan Kereta Api Negara pada tahun 1917/1918. Jembatan tersebut digunakan untuk jalur kereta api yang menghubungkan tiga wilayah yaitu Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari-Citali. Namun pada tahun 1942 sudah tidak ada lagi kereta yang lewat. Panjang jembatan mencapai 40 meter.

Jembatan tersebut dibangun bertujuan untuk mengangkut hasil bumi di kawasan Tanjung Sari dan Jatinangor yang kala itu merupakan penghasil teh dan karet yang cukup baik. sayangnya pembangunan harus terhenti karena persoalan keuangan di Pemerintahan Hindia-Belanda ditambah kedatangan Jepang.

Kini jembatan KA itu sudah terlihat kurang terurus. Bahkan jejak rel KA pun sudah hilang. Tidak nampak bantalan kayu rel KA apalagi besi rel KA. (kga)

0 Komentar