Minyak Goreng Naik, Pedagang Tahu Terpuruk

Minyak Goreng Naik, Pedagang Tahu Terpuruk
Seorang pedagang tahu di Kecamatan Conggeang Otong saat menunggu warungnya, kemarin. Kenaikan harga minyak goreng membuat nasib pedagang tahu menjadi terpuruk. (Foto: Atep Bimo Ario S/SUMEKS)
0 Komentar

Berimbas Omset Penjualan Turun Drastis

SUMEDANGEKSPRES, Conggeang – Pelaku usaha Tahu Sumedang mengeluhkan harga minyak goreng yang naik. Dampaknya, omset penjualan menjadi turun drastis.

Seorang pelaku usaha Tahu Sumedang di Kecamatan Conggeang, Otong menuturkan, naiknya harga minyak goreng membuat pelaku usaha Tahu Sumedang terpuruk. Penghasilan pun untuk saat ini sangat minim.

“Tentu, kenaikan harga minyak membuat penghasilan saya sangat minim saat ini. Turunnya omset mencapai sekitar 50 persen,” ujar Otong kepada Sumeks, Senin (1/11).

Baca Juga:Pasir Angin Suguhkan Pemandangan AlamKeraton Sumedang Larang sebagai Sentrum Budaya

Dikatakan, naiknya harga minyak goreng sudah dirasakan sejak 10 hari hingga dua minggu lalu. Awalnya harga minyak goreng Rp 30 ribu saat ini menjadi Rp 35 ribu.

“Sementara, sehari saya membutuhkan lima hingga enam kilo untuk menggoreng tahu,” jelasnya.

Sementara itu, seorang pedagang tahu di Sumedang mengatakan sejak naiknya harga minyak goreng, usahanya terancam bangkrut. Sebab, sejak penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali, kondisi masih belum normal.

“Apalagi kemarin harga kedelai naik signifikan sekali, sekarang minyak goreng malah naik juga. Terus terang kami pelaku usaha belum bisa bangkit sejak PPKM,” katanya.

Dikatakan, kenaikan harga minyak goreng sudah dirasakan sejak 2 minggu terakhir. “Kenaikan harga minyak goreng sangat terasa dampaknya ke semua pedagang, untuk omset sangat tipis,” katanya.

Dia menggambarkan, saat ini harga minyak goreng mencapai Rp 18.000 per liter. Padahal harga normalnya dikisaran Rp 14.000 per liter. Dalam sehari bisa menghabiskan sampai 30 liter minyak untuk menggoreng tahu.

“Sejak PPKM sampai sekarang masih sepi pembeli. Sekarang juga ramainya Sabtu Minggu saja. Penjualan juga sekarang dikurangi karena pembelinya sepi,” ungkapnya.

Baca Juga:Tidak Puas, Calon Kades Bisa Ngadu ke PTUNPermintaan Domestik Naik, Inflasi Terkendali dan Nilai PMI Meningkat

Menyiasati agar tidak mengalami kerugian, dirinya memperkecil ukuran tahu. “Harga tetap Rp 600 (per biji). Kalau naik takutnya kehilangan pelanggan,” katanya.

Dia mengaku tidak tahu pasti penyebab harga minyak terus melambung. Namun sepengetahuannya, harga minyak naik jika dollar juga naik.

Atas kondisi ini, dirinya berharap pemerintah mengambil langkah agar kondisi tidak semakin buruk dan merugikan pelaku usaha. (atp)

0 Komentar