sumedang.jabarekspres.com – Media pemberitaan semakin gempar memberitakan kemungkinan perang antara Rusia dan Ukraina. Mengingat prajurit Rusia yang kini mencapai ratusan ribu, dunia khawatir Moskow bakal benar-benar memulai serangan mereka di perbatasan Ukraina.
Akan tetapi, apakah perang antara Rusia dan Ukraina bakal benar-benar terjadi?
Dilansir CNN, Pengamat Hubungan Internasional (HI) Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, memprediksi kemungkinan perang antara Rusia dan Ukraina.
Baca Juga:Profil dan Biodata Lengkap Reza Rahadian: Keluarga, Agama, Pacar, KarierPelaku Perampokan Indomaret Sisingamangaraja-Cirebon Berprofesi Sebagai Penjual Mie Ayam
“Potensi perang itu selalu ada. Walaupun semua yang terlibat ini sadar bahwa kesalahan sekecil apapun dalam membaca sinyal intelijen, dalam membaca pesan militer, kalau disalah-tafsirkan itu bisa berpotensi memicu Perang Dunia III,” kata Rezasyah saat diwawancara CNNIndonesia.com, Senin (14/2).
Meskipun demikian, Rezasyah menekankan pada keinginan para pemimpin untuk mencegah Perang Dunia III.
“Mereka (seluruh kubu) sadar, di level pemimpin, itu mereka sadar tak mau menjadi Perang Dunia III,” tuturnya lagi.
Menurutnya, salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menghindari terjadinya perang adalah ‘penarikan diri secara terhormat.’ Penarikan diri ini dapat dilakukan Ukraina.
“Hendaknya Ukraina itu secara terbuka menyatakan tidak jadi mengajukan keanggotaan dalam NATO. Dia harus melakukan itu,” ujar Rezasyah.
Sementara itu, tampaknya penarikan diri ini berpeluang dilakukan Ukraina.
Duta besar Ukraina untuk Inggris, Vadym Prystaiko, menuturkan ada kemungkinan negaranya membatalkan rencana bergabung dengan Pakta Keamanan Atlantik Utara (NATO).
“Kami mungkin, kamu tahu, mengingat (telah) diancam seperti itu, dipaksa seperti itu, dan didorong untuk melakukan itu,” ujar Prystaiko kepada presenter BBC Radio 5, Stephen Nolan, saat ditanya soal apakah Ukraina mempertimbangkan tak masuk ke NATO untuk mencegah perang, Minggu (13/2), dikutip dari RT.
Baca Juga:Kapolres Sumedang Pantau Penerapan PPKM Level 3Â Pemdes dan Masyarakat Perbaiki Jembatan Amblas
Rezasyah menambahkan, Ukraina perlu menjadikan negaranya lebih netral, tak berpihak Rusia maupun NATO. Ukraina bisa mengikuti jejak kemandirian beberapa negara Skandinavia, seperti Denmark dan Norwegia, di mana negara tersebut memiliki kekuatan mandiri.
Namun, Rezasyah menyoroti keperluan NATO dan Rusia menjamin kemandirian ini.
“Mereka tidak akan mengganggu Ukraina. Tapi Ukraina secara khusus, dicari sebuah bahasa yang halus, tidak menginduk kepada Rusia, tapi mengatakan akan memelihara jalinan persaudaraan yang sudah terbangun di masa Uni Soviet dulu. Itu kira-kira seperti commonwealth of nations,” jelas Rezasyah.