Ambruknya Tanggul Jembatan Penghubung Antar Desa Kertaharja Dengan Desa Kamal di Kecamatan Tanjungkerta

Ambruknya Tanggul Jembatan Penghubung Antar Desa Kertaharja Dengan Desa Kamal di Kecamatan Tanjungkerta
Ambruknya Tanggul Jembatan Penghubung Antar Desa Kertaharja Dengan Desa Kamal di Kecamatan Tanjungkerta
0 Komentar

sumedang, TANJUNGKERTA – Tahun 1994 jembatan gantung penghubung Desa Kertaharja dengan Desa Kamal di dirikan di masa dekade pemerintahan Almarhum pak Kuwu Cucu, dengan di bantu warga setempat.

Jembatan yang panjang membentang sekitar 6.9 meter dan lebar 20 meter,berhasil didirikan dengan alakadarnya,belum memakai beton dan hanya memakai bambu-bambu yang di belah memanjang.

Jembatan gantung yang mempermudah akses Desa Kertaharja dengan Desa Kamal ini sempat ambruk beberapa kali,karena curah hujan yang tinggi mengakibatkan meluapnya sungai cikandung. Sering diperbaiki kembali namun ambruk lagi.

Baca Juga:Viral Video Nenek Tua Renta Dianiaya di Sebuah Rumah SakitMenko Airlangga: Kartu Prakerja Gelombang 23 untuk 500 Ribu Orang, Yuk Daftar

Setelah beberapa dekade pergantian kepala desa,ada kucuran dana dari pemerintah setempat,dan warga bergotong-royong untuk memperbaiki jembatan Gantung tersebut.

Sekitar 2020-2021 perbaikan jembatan terus di lakukan,termasuk memakai beton di tebing bawah sungai cikandung dengan penyangga besi dan tetap menggunakan alas bambu yang dibelah memanjang untuk pijakannya.

Namun,di tahun 2022 tepatnya di bulan Januari curah hujan meninggi,jembatan penghubung desapun ambruk dikarenakan guyuran hujan deras selama 4 jam. Meluapnya sungai cikandung membuat akses penghubung satu satunya yang terdekat ini tidak bisa dilalui kembali.

Mata pencaharian warga Tanjungkerta dan Desa kamal ini rata-rata sebagai petani dan peternak, dengan ambruknya jembatan mengakibatkan pencarian pakan ternak dan bertani sempat terhambat.

Selang beberapa hari setelah ambruknya jembatan, warga setempat berinisyatif memperbaiki dengan alakadarnya, akses jalan jembatan tersebut kini hanya bisa dilalui satu persatu, itupun jika mereka yang berani, karena jembatan yang masih bisa di pijak hanya beberapa saja, kebanyakan yang mencari rumput atau bertani terutama ibu-ibu lebih memilih menyebrangi sungai cikandung di bawah jembatan tersebut dikarenakan takut.

“Kalo tetap seperti ini,kami harus mencari akses jalan kemana lagi? selain ternak dan sawah kami yang ada di desa sebrang ,kami juga harus putar arah lebih jauh agar sampai di desa tetangga,” ujar Pa Eman Sulaeman selaku warga setempat.

Jembatan penghubung yang rusak adalah akses jalan satu-satunya yang terdekat ,akibatnya sangat menghambat akfitas warga. (rro/job)

 

0 Komentar