Haji Aseng

Haji Aseng
Perjalanan tongkang batubara di Sungai Mahakam. -Ibukotakita-
0 Komentar

Ternyata banyak sekali orang Kotabangun yang mengenal Aseng. Ia terkenal. Mereka tidak memanggil Tjin Seng dengan Aseng. Nama lokal Aseng di situ adalah ”Ji”, singkatan dari ”Haji”. Mereka tahu Tjin Seng itu Islam. Sudah haji. Rajin salat. Suka membantu masjid.

Kami parkir di seberang masjid besar yang modern itu. Yakni satu lokasi parkir di pinggir sungai Mahakam. Sebuah speed boat sudah menunggu di dermaga dekat lapangan parkir.

Banyak sekali mobil yang diparkir di situ. Hampir 100 persen Pajero Sport. Banyak pula mobil yang bermalam. Atau beberapa malam. Mobil itu ditinggal begitu saja. Pemiliknya ganti kendaraan dengan speed boat.

Baca Juga:Berawal dari Proyek Sosial, Vania Sukses Buka Usaha Fashion Ramah LingkunganEril Dinyatakan Meninggal Dunia, Bupati Sumedang Turut Berduka

Parkir itu gratis. Biar pun satu minggu. Ada kotak amal di halaman masjid. Silakan memasukkan uang berapa pun ke kotak itu. Tidak ada yang melihat nilainya.

Saya pun naik speed boat itu. Bermesin tunggal, Yamaha 200 PK. Wajib pakai pelampung. Logistik lengkap. Ada bensin cadangan untuk mesin speed boat. Ada juga logistik cadangan untuk perut dan kerongkongan.

Kami akan berada di speed boat empat jam lamanya. Dari dermaga di tepian Mahakam itu kami meluncur mencari muara Sungai Belayan. Melewati bawah jembatan Liang yang melengkung gagah. Juga sudah dicat merah.

Speed boat kami terus ke arah hilir. Di Kaltim tidak ada istilah utara-selatan-timur-barat. Yang ada: ke arah hilir-hulu-darat dan laut.

Pun istri saya: tidak tahu apa itu utara-selatan-timur dan barat. Kalau dia bilang ”mau ke darat” itu artinya ke arah menjauhi sungai. ”Mau ke laut” artinya ke arah mendekati sungai. ”Ke hulu” artinya ke arah dari mana air sungai mengalir. ”Ke hilir” berarti ke arah air sungai menuju muara.

Kadang ”ke hulu” itu artinya ke timur, kalau sungai lagi berbelok. Bisa juga “ke hulu” itu mengarah ke barat tergantung belokan sungai.

”Di Jawa ini saya bingung. Ngalor ngidul ngetan ngulon,” ujarnyi awal-awal di Jawa dulu.

Baca Juga:Hanyut Sebagai PahlawanTOP! BRI Dinobatkan Menjadi Bank Terbaik 2022

Lebih bingung lagi menerima penjelasan yang bunyinya seperti ini: Anda terus ke barat, nanti di timur masjid ada sekolahan, lalu di barat sekolahan itu ke utara, terus belok ke timur.

0 Komentar