Sejarah Khulafaur Rasyidin

Sejarah Khulafaur Rasyidin
0 Komentar

sumedangekspres – Khulafaur Rasyidin merupakan kekhalifahan pertama yang berdiri usia meninggalnya Nabi Muhammad pada 632 masehi.

Khulafaur Rasyidin yang berjumlah 4 khalifah, yakni Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Pada masa-masa kepemimpinannya, Khulafaur Rasyidin memberi kontribusi besar kepada peradaban Islam.

Baca Juga:Penyebaran Agama Islam di Lampung“Ini Sekolahku” Berlanjut, BRI Renovasi SDN 006 Bandarsyah, Natuna

Para khalifah yang berkuasa selalu menerapkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kepemimpinan mereka dikenal mempunyai sifat terpuji yang patut diteladani umatnya.

Pada masa kejayaannya, Kekhalifahan Rasyidin membentang dari Jazirah Arab, Levant, Kaukasus, dan sebagian Afrika Utara, dataran tinggi Iran, Asia Tengah

Pengertian Khulafaur Rasyidin

Khulafaur Rasyidin yang berasal dari dua kata, khulafah dan ar-rasyidin.

Khulafah adalah bentuk jamak dari khalifah, yang artinya pengganti, pemimpin, atau penguasa yang diangkat setelah Nabi Muhammad untuk melanjutkan tugas beliau sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan, tetapi bukan sebagai nabi atau rasul.

Sedangkan ar-rasyidin adalah bentuk jamak dari ar-rasyid yang artinya orang yang mendapat petunjuk.

Jadi menurut bahasa, Khulafaur Rasyidin adalah orang yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin, atau penguasa yang selalu mendapat petunjuk dari Allah.

Sejarah Khulafaur Rasyidin

Setelah Nabi Muhammad wafat, umat muslim sempat mengalami kebingungan karena beliau tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikanya sebagai pemimpin umat Islam.

Hal itu secara tidak langsung memberikan kebebasan kepada umat Islam untuk membuat model pemilihan khalifah.

Baca Juga:Biografi Tokoh Di Indonesia: Tuan Alim Pandita RatuAbdullah Ahmad, Ulama Padang Panjang Pembaharuan Islam

Tidak lama kemudian, sejumlah tokoh Muhajirin dan Ansar berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah.

Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin selanjutnya.

Musyawarah tersebut berjalan cukup alot, karena masing-masing pihak sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam.

Abu Bakar kemudian menengahi dengan mengatakan bahwa umat Islam hendaknya memilih seseorang yang tidak pernah meminta kekuasaan, sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad.

Selain itu, kekhalifahan seharusnya dipegang oleh orang yang mampu memegang amanah, tidak gila akan kekuasaan, peka terhadap masyarakat, dan tidak silau harta.

Dengan kriteria tersebut, umat muslim sepakat memilih Umar bin Khattab.

Akan tetapi, Umar bin Khattab menolak dan justru meminta Abu Bakar untuk menjadi pemimpin.

0 Komentar