sumedang, CIBUGEL – Dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), masyarakat mengurangi mobilitas ke pusat perkotaan.
Untuk masyarakat di wilayah pelosok, kenaikan Bahan Bakar Minyak sangat dirasakan. Pasalnya, biaya transportasi yang mengalami kenaikan.
Dalam hal ini, masyarakat di wilayah pelosok harus pandai-pandai mengelola aktivitasnya. Kenaikan BBM memang tidak bisa dihindarkan lagi, berbagai dampak pasti akan terjadi, terutama pada bidang perekonomian masyarakat.
Baca Juga:Terbengkalai, ADeDe Park And Apartemen AngkerMulyasari Target PBB Capai 70 Persen
Oleh sebab itu, tidak banyak yang bisa dilakukan masyarakat selain merasakan dampak-dampak yang tidak diharapkan. Salah satunya meningkatnya daya beli.
Hal itu tentu tidak sebanding dengan apa yang dihasilkan masyarakat di pelosok yang mayoritas pekerjaannya sebagai petani dan serabutan.
“Yang jadi inti persoalan, kenaikan BBM yang berdampak kepada meningkatnya daya beli masyarakat. Sementara, penghasilan yang kita dapatkan hanya serabutan,” kata salah satu tokoh masyarakat Kecamatan Cibugel, Dadang Romansah kepada Sumeks, Kamis (15/9).
Dalam hal ini, Dadang yang juga selaku pemilik destinasi wisata Balong Geulis mengaku adanya penurunan jumlah wisatawan. Hal itu diduga, para wisatawan harus membatasi aktifitasnya dan mengatur keuangan, karena imbas dari tingginya daya jual bahan pokok.
“Omset destinasi wisata juga kena imbas dari kenaikan BBM. Kenapa tidak, dengan naiknya BBM masyarakat juga harus berfikir keras untuk merubah manajemen keuangannya. Kangankan untuk pergi wisata, melihat kebutuhan pokok yang pada naik aja mereka udah panik,” kata dia.
Dampaknya, omset penghasilan dari wisata menurun sampai 50 persen. Hal itu membuktikan kalau kenaikan BBM berimbas ke semua sektor.
Adapun, bansos yang dikucurkan pemerintah dari subsidi BBM, itu tidak akan mengembalikan kesetabilan ekonomi. Apalagi pada saat bansos tersebut banyak ketidak sesuaian atau tidak tepat sasaran.
“Lebih parah lagi kalau bansosnya tidak tepat sasaran,” katanya. (eri)