sumedangekspres – Pelecehan terhadap anak terus muncul dan menjadi perhatian yang disayangkan dan memilukan ini mendorong adanya krisis pendidikan seksual. Pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur ini berdampak besar bagi kehidupan korbannya di masa mendatang.
Sejatinya, anak-anak yang terkena dampak adalah generasi penerus bangsa. Mereka adalah generasi baru yang siap membangun masa depan pemilik bangsa ini. Perlindungan anak dan hak-haknya harus diperhatikan secara serius karena berkaitan dengan kepentingan terbaik bagi anak. Pelaku sama dengan merampas hak anak untuk tumbuh juga berkembang dalam lingkungan yang aman.
Pendidikan seksual pada anak memiliki fungsi untuk pemberian informasi tentang seksualitas pada anak dan dapat memuaskan rasa ingin tahu anak. Hal ini berguna untuk mencegah anak melakukan aktivitas seksual yang tidak pantas. Namun di Indonesia, pengetahuan seks masih dianggap sebagai satu hal yang tabu dan menjadi hal yang krisis. Orangtua atau orang dewasa biasanya merasa risih saat anak-anak dan remaja menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan seks, dan memilih untuk mengalihkan pembicaraan.
Baca Juga:Selebgram Sumedang Ini Membagikan Tips Nya Memakai Media Sosial Agar lebih BermanfaatLirik Lagu Sang Dewi Lyodra Ginting feat Andi Rianto
Selain itu, pendidikan seks pada anak juga dapat menghindarkan anak dari keterkejutan pada masa pubertas, yang dapat mendorong anak untuk menjaga organ reproduksinya, mencegah kehamilan dini dan mencegah terjadinya pelecehan seksual.
Menurut platform telemedisin Halodoc (terintegrasi dengan Kementerian Kesehatan RI) Pendidikan seksual ini diperlukan agar mereka mengetahui bagaimana mempraktekkan perilaku seksual yang sehat juga mencegah pelecehan seksual. Jangan biarkan anak-anak mendapatkan informasi yang salah tidak akurat tentang gender dari sumber yang tidak dapat dipercaya, contohnya teman sebaya atau internet.
Anak-anak juga perlu tahu, Orang tua bisa mendorong untuk membicarakan masalah tersebut. Ketika anak-anak menerima pendidikan seks atau sex education sejak dini, di masa remaja ia pun tidak merasa canggung dan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Pada usia 3-4 tahun, anak mulai memperhatikan dunia sekitarnya dan mulai mengenali tubuhnya sendiri serta membandingkan dirinya dengan teman-temannya. Anak dapat mulai memahami bahwa anak perempuan dan laki-laki itu berbeda. Ketika anak mulai mengeksplorasi lingkungannya, itu adalah kesempatan bagi orang tua untuk menanamkan pemahaman dasar tentang seksualitas.