Penyebaran Agama Islam di Sumedang Melalui Kesenian Bangreng

Penyebaran Agama Islam di Sumedang Melalui Kesenian Bangreng.
Penyebaran Agama Islam di Sumedang Melalui Kesenian Bangreng. Sumber : kebudayaan.kemdikbud.go.id
0 Komentar

sumedangekspres – Kesenian Bangreng adalah jenis kesenian terbang yang menggunakan ronggeng, yaitu wanita sebagai juru sekar/penyanyi. Jenis kesenian ini ada di Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang.

Pada abad XV, kesenian Bangreng yang berasal dari kata terbang dan ronggeng itu disebut sebagai kesenian terbang. Hal itu dikarenakan, alat yang digunakan dalam pertunjukan seni tersebut adalah terbang.

Seni Bangreng atau seni terbang dijadikan sebagai sarana penyebaran agama Islam oleh Sunan Gunung Jati dan keempat utusannya. Untuk memudahkan masyarakat dalam menerima ajaran Islam, Eyang Wangsakusumah yang merupakan salah satu utusan Sunan Gunung Jati, menggambarkan kata terbang yang terdiri atas 7 huruf sebagai kata yang melambangkan 7 hari (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu).

Baca Juga:Lionel Messi Didapuk Sebagai Pemain Terbaik FIFA 2022Sandiaga Uno Akan Mempermudah Perizinan Industri Kreatif

Analogi itu diciptakan supaya masyarakat yang menyaksikan kesenian Bangreng tersebut, menjadi terbiasa dalam melaksanakan sholat 5 waktu dari Senin hingga Minggu. Dalam menyebarkan agama Islam, Eyang Wangsakusumah menyelingi kesenian itu dengan lagu-lagu Islam seperti sholawat.

Pada abad XVII, kesenian Bangreng mengalami perkembangan dan dipentaskan di acara-acara keagamaan. Nama terbang mengalami perubahan menjadi gembyung, perubahan tersebut diikuti dengan penambahan beberapa alat-alat musik, seperti goong, kulanter, dan kecrek. Namun, nama Gembyung pun tidak bertahan lama, dan berubah menjadi Bangreng.

Terbentuknya Kesenian Bangreng ada kaitannya dengan penyebaran agama Islam di Kabupaten Sumedang. Sebelum Sunan Gunung Jati mengislamkan beberapa daerah di Jawa Barat, masyarakat Sumadeng masih menganut kepercayaan hinduisme.

Untuk menghilangkan kepercayaan tersebut, Sunan Gunung Jati mengutus empat orang, satu di antaranya bernama Eyang Wangsakusmah. Dalam proses penyebaran agama Islam, Sunan Gunung Jati dan utusannya melakukan pendekatan dakwah yang diselingi dengan kesenian.

Sarana dakwah yang digunakan adalah terbang. Terbang dibuat dari sisa-sisa kayu yang digunakan dalam pembangunan masjid.***

0 Komentar