5 Busana Adat Jawa Tengah Yang Memiliki Keunikan Tersendiri

5 Busana Adat Jawa Tengah Yang Memiliki Keunikan Tersendiri
5 Busana Adat Jawa Tengah Yang Memiliki Keunikan Tersendiri(pinterest.com)
0 Komentar

Bagian depan lebih panjang dari bagian belakang, sehingga tidak menghalangi keris saat disimpan. Bawahan beskap biasanya memakai kain yang dililitkan di pinggang. Di Jawa Tengah sendiri dikenal empat jenis beskap, yaitu beskap gaya Yogyakarta dengan gaya khas Keraton Yogyakarta dan beskap gaya Solo dengan gaya khas Keraton Surakarta.

Ada juga beskap model liontin yang sering dipakai di Purwokerto, Tegal, Banyumas, dan daerah terdekat lainnya di Jawa Barat, serta beskap pendaratan yang bagian depannya lebih panjang.

Pria yang memakai basahan bertelanjang dada dan hanya memakai dodot yang menutupi pusar.Di dadanya mempelai laki-laki memakai kalung dan kullux sebagai pelindung kepala. Pengantin pria juga memakai keris sebagai simbol kekuatan.

Baca Juga:Dulu Daerah Rawan Kejahatan kini Jadi Tempat Paling Romantis di Bandung, Bisa Dikunjungi Lewat Tol CisumdawuBermesraan Dengan Ayang di Bukit Gronggong, Hidden Gem Cirebon Lewat Tol Cisumdawu

Nantinya, keris tersebut dilepas saat kedua mempelai bertemu dengan orang tuanya.Juga dikenal sebagai dodot, pakaian tradisional ini biasanya terbuat dari kain panjang dan lebar tanpa tali yang disebut dodot.Pakaian adat Basahan berbeda dengan pakaian adat Jawa Tengah lainnya karena identik dengan tidak adanya pakaian luar yang dikenakan pada tata rias Paes Ageng Kanigaran.

Hingga saat ini, basahan hanya bisa digunakan di kalangan kerabat keraton. Namun kini pakaian adat Jawa Tengah ini sudah bisa dikenakan oleh masyarakat umum untuk menunjukkan identitas Jawa Tengahnya. Busana adat Basahan memiliki makna dan filosofi yang dalam karena busana tersebut mengandung simbol ketundukan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Simbol tersebut terletak pada masing-masing item make up tergantung mode yang digunakan.

4. Kanigaran

Pakaian adat Jawa Tengah selanjutnya adalah kanigaran. Sebenarnya, kanigaran lebih mengacu pada susunan pernikahan khusus keluarga kerajaan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang disebut Paes ang kanigaran.

Pada masa pemerintahan Sultan HB IX. riasan ini hanya boleh digunakan oleh masyarakat umum. Kanigaran memiliki makna filosofis yang dalam dan sering diidamkan banyak pengantin berdarah Jawa. Kanigaran terbuat dari beludru hitam dengan alas kain Dodot atau Kampuh dan memiliki tata rias dan aksesoris khusus. Namun, hanya penata rias terlatih yang dapat melakukan tata rias Kanigaran ini.

0 Komentar