sumedangekspres – Mata Air Cikandung Sumedang Dilindungi Pohon Raksasa Berusia Ratusan Tahun.
Di Kabupaten Sumedang, terdapat sejumlah pepohonan yang memainkan peran kunci dalam mengajak tujuh mata air yang dikenal sebagai Sirah Cai Cikandung.
Pepohonan ini tersebar di Dusun Sukasari, Desa Nyalindung, Kecamatan Cimalaka.
Sejumlah jenis pohon, dengan berbagai ukuran, tumbuh di suatu bukit yang terletak langsung di atas tujuh mata air tersebut.
Baca Juga:Petani Tembakau Sumedang Harus Kembangkan Usaha Ternak dan PerikananPetugas Damkar Sumedang Vs Ular Sanca 4 Meter : Menang Telak
Mata Air Cikandung Sumedang ini membentuk sebuah kolam yang dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk keperluan sehari-hari, mengairi lahan pertanian, dan juga menjadi daya tarik utama untuk pariwisata di desa tersebut.
Pohon Raksasa Berusia Ratusan Tahun Melindungi Mata Air Cikandung Sumedang
Di antara pepohonan yang tumbuh, terdapat pohon-pohon yang dapat dianggap “raksasa”, seperti pohon hantap/antap, pohon beringin, pohon kiserut, pohon dangdeur, dan jenis pohon lainnya.
Asep Suryapudin, seorang penjaga mata air Cikandung, menjelaskan bahwa pepohonan di sekitar Mata Air Cikandung Sumedang telah menjadi penjaga alam yang efektif untuk menjaga mata air tersebut.
Pohon hantap, pohon kiserut, pohon dangdeur itu dulunya adalah pohon-pohon rawa yang sekarang menjadi penjaga kelestarian dari mata air Cikandung, kata Asep kepada detikJabar belum lama ini.
Menurut Asep, pepohonan tersebut tumbuh di lahan seluas 1,7 hektar di sekitar Mata Air Cikandung Sumedang.
“Jadi benar, pepohonan ini berperan sebagai pelindung, karena tanpa mereka, mata air ini mungkin tidak akan ada,” ungkapnya.
Asep juga menunjukkan salah satu pohon besar yang dikenal sebagai pohon hantap heulang (pohon antap elang).
Baca Juga:Becak Listrik, Pilihan Sarana Transportasi Ramah LingkunganLuar Biasa! Sukseskan Pilkada, Pemkab Sumedang Hibahkan Anggaran Puluhan Miliar
Pohon ini memiliki batang berdiameter besar dan tinggi yang mencolok. Batangnya, terutama di bagian sebelum akar, terlihat melebar.
“Pohon hantap di sini ada dua, pohon hantap biasa dan pohon hantap heulang, dan yang membedakan adalah daunnya; daun pohon hantap biasa lebih kecil dibandingkan dengan pohon hantap heulang,” jelasnya.
Asep mengklaim bahwa pohon-pohon besar ini diperkirakan berusia ratusan tahun.
“Konon, pada masa kolonial Belanda, di blok ini masih ditanami sereh wangi yang pabriknya terletak di daerah Citimun,” katanya.