95 BPR di Indonesia Hilang, Kok Bisa?

Bank Perekonomian Rakyat (BPR)
Ilustrasi Bank Perekonomian Rakyat (BPR)/ist
0 Komentar

sumedangekspres – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per September 2023, jumlah Bank Perekonomian Rakyat (BPR) di Indonesia mengalami penurunan signifikan dari 1.506 BPR pada Desember 2020 menjadi 1.411 BPR.

Artinya ada 95 BPR yang menghilang.

Faktor utama penyebab penurunan ini adalah konsolidasi, akuisisi, pencabutan izin, hingga kondisi bangkrut.

Menurut Tedy Alamsyah, Ketua Umum Persatuan BPR Indonesia (Perbarindo), sebagian besar penurunan ini terjadi akibat konsolidasi dan akuisisi.

Baca Juga:Dulu Pengekspor Gula Terbesar di Dunia, Kini Indonesia Jadi Importir TerbesarJokowi Pindah ke PAN, Zulhas: Udah Gak yang Lama, Ribut Terus

Meskipun ada BPR yang ditutup, dampaknya tidak signifikan terhadap total industri.

Dalam pengumuman resmi, OJK mencatat bahwa hingga Desember 2023, izin empat BPR dicabut karena tata kelola yang buruk, menyebabkan ketidaksehatan arus keuangan.

Meskipun demikian, Tedy Alamsyah mengklaim bahwa kepercayaan terhadap BPR masih tumbuh, terlihat dari peningkatan loan to deposit ratio (LDR) yang semakin longgar.

LDR BPR dan BPRS (BPR Syariah) saat ini berada pada posisi 95%, menurun dari lebih dari 100% pada periode sebelumnya.

Tedy menjelaskan bahwa LDR yang masih tinggi disebabkan oleh BPRS yang masih tergolong baru, sementara LDR BPR sudah turun menjadi 76%.

Persaingan di industri BPR dianggap masih sehat, dengan setiap bank memiliki keunikan pasar masing-masing.

Meskipun jumlah penurunan BPR disebut bukan karena persaingan atau suku bunga, Tedy menyoroti masalah fraud sebagai salah satu faktor yang memengaruhi industri ini.

Baca Juga:Didoakan Amanah, Cak Imin Bertemu Abuya Muhyiddin Sumedang di NabawiBank BTPN Dapatkan Restu Rights Issue, Siap Akuisisi PT Oto Multiartha dan PT Summit Oto Finance

Namun, dia menegaskan bahwa tingkat fraud di BPR masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan keseluruhan industri perbankan.

Dalam konteks pertumbuhan, data OJK menunjukkan kenaikan kredit BPR sebesar 9,5% year-over-year menjadi Rp 137,97 triliun, sementara dana pihak ketiga (DPK) naik 9,6% year-over-year menjadi Rp 134,67 triliun.

Meskipun demikian, laba tahun berjalan BPR mengalami penurunan sebesar 18,9% year-over-year menjadi Rp 1,9 triliun pada periode yang sama.

Dinamika ini memberikan gambaran kompleks perkembangan BPR di Indonesia hingga September 2023.

0 Komentar