sumedangekspres – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, baru-baru ini mengungkapkan bahwa peristiwa gempa yang baru saja melanda Kabupaten Sumedang memiliki catatan sejarah yang mencengangkan.
Dalam pengumuman resmi, Suharyanto menjelaskan bahwa gempa bukanlah hal baru bagi wilayah ini, dan bahkan sudah terjadi sejak tahun 1955.
Menurut Suharyanto, beberapa peristiwa gempa yang tercatat sebelum tahun 2023 melibatkan gempa pada tahun 2022 dengan skala kecil, kemudian pada tahun 2010, 1972, dan bahkan pada tahun 1955. Artinya, Kabupaten Sumedang telah menjadi saksi sejarah peristiwa gempa selama beberapa dekade.
Baca Juga:Menghadapi Perubahan Iklim: Pentingnya Antisipasi terhadap Cuaca Ekstrem di IndonesiaNasabah Diimbau Akses Layanan Resmi, Hubungi Contact BRI 1500017
Penting untuk dicatat bahwa Suharyanto juga menyebut adanya sesar Tanjungsari-Cileunyi di wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa faktor geologis menjadi salah satu penyebab utama gempa di daerah tersebut.
Menurutnya, berdasarkan catatan sejarah tersebut, siklus gempa yang terjadi di Sumedang menunjukkan bahwa rentang waktu antara peristiwa gempa semakin dekat.
Dalam keterangannya, Suharyanto memberikan peringatan kepada warga yang menerima bantuan untuk memperhatikan kaidah-kaidah dalam membangun rumah tahan gempa.
Ini menegaskan pentingnya memperhitungkan faktor keamanan dan ketahanan bangunan terhadap gempa bumi dalam upaya rekonstruksi dan perbaikan rumah.
Menurut data terbaru dari BNPB per tanggal 5 Januari 2024, jumlah total kerusakan rumah akibat gempa mencapai 1.462 unit. Rinciannya meliputi 81 rumah rusak berat, 197 rumah rusak sedang, dan 1.184 rumah rusak ringan. Angka ini menjadi gambaran nyata dampak signifikan yang diakibatkan oleh gempa di Kabupaten Sumedang.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy juga ikut memberikan pandangan terkait bencana tersebut.
Menurutnya, gempa yang melanda Sumedang harus dijadikan pelajaran berharga bagi semua pihak mengenai pentingnya mitigasi bencana. Beliau menekankan bahwa bencana gempa dapat terjadi kapan saja, mengingat Kabupaten Sumedang berada di wilayah perlintasan cincin api.
Baca Juga:Tragedi Kecelakaan Kereta Api di Cicalengka Mengakibatkan 4 Orang Meninggal DuniaTempat Sampah Raib di Jalan Ahmad Yani Majalengka: Tantangan Pengelolaan Sampah di Era Modern
Kesimpulannya, sejarah gempa di Kabupaten Sumedang menjadi peringatan penting tentang risiko bencana yang melekat di wilayah tersebut.
Siklus gempa yang semakin dekat menuntut langkah-langkah mitigasi yang lebih proaktif, sementara perhatian pada konstruksi rumah tahan gempa merupakan langkah nyata dalam mengurangi dampak negatif dari peristiwa alam ini.