18 Tahun Koma, Kini Putra Mahkota Arab Dijuluki ‘Sleeping Prince’

18 Tahun Koma, Kini Putra Mahkota Arab Dijuluki 'Sleeping Prince'
18 Tahun Koma, Kini Putra Mahkota Arab Dijuluki 'Sleeping Prince'/ist
0 Komentar

sumedangekspres – Sebuah tragedi yang terjadi pada tahun 2005 telah membawa Pangeran Al-Waleed bin Khaled Al-Saud, putra mahkota dari keluarga konglomerat Arab Saudi, ke dalam dunia yang diselimuti koma selama 18 tahun.

Kecelakaan mobil tragis yang menimpanya saat sedang menjalani pendidikan di London, Inggris, meninggalkan cedera parah dan pendarahan di otak, merubah takdir sang pangeran menjadi apa yang kini dikenal sebagai ‘Sleeping Prince’.

“Jika Tuhan ingin dia mati, dia sudah berada di kuburnya sekarang,” kata Pangeran Khaled bin Talal, sang ayah, yang menolak untuk mencabut ventilator penyangga hidup Al-Waleed.

Baca Juga:Media Asing Soroti Prabowo: Dulu Kontroversial Kini GemoyViral! Soeharto Ikut Kampanye di Pemilu 2024, Ajak Pilih Golkar

Meskipun dalam kondisi kritis dan tanpa kesadaran selama dua dekade, keluarga Al-Waleed tetap mempertahankan harapan akan kesembuhan sang putra.

Ventilator dan alat medis lainnya menjadi penopang hidupnya, sementara keluarga menolak untuk menyerah pada kekuatan Tuhan.

Pada tahun 2019, satu sentuhan harapan muncul ketika Putri Nora binti Talal, saudara perempuan ayah Al-Waleed, membagikan video yang menunjukkan gerakan kepala sang pangeran ke sisi kiri dan kanan.

Satu lagi momen menggembirakan terjadi pada 2020, ketika ‘Pangeran Tidur’ terlihat menggerakkan jarinya sebagai respons terhadap sapaan seorang wanita.

“Anakku tercinta Khalid bin Talal Al Walid, segala puji bagi Allah, yang menghidupkan siapa yang Dia kehendaki dengan perintah-Nya. Segala puji bagi Allah, yang memulihkan kesehatan Anda, jadi jangan putus asa dengan kekuasaan Allah,” tulis Pangeran Khaled di Twitter.

Cerita Pangeran Al-Waleed mengingatkan kita akan ketidakpastian hidup dan kekuatan harapan dalam menghadapi cobaan yang luar biasa.

Meskipun ‘Sleeping Prince’ mungkin telah terlelap selama 18 tahun, tetapi keluarga dan doa terus menjadi penjaga harapan bagi kesembuhannya.

0 Komentar