Mengapa Hampir Setengah Orang Indonesia Cenderung Melibatkan Emotional Eating Ketika Sedang Emosi dan Stres?

Mengapa Hampir Setengah Orang Indonesia Cenderung Melibatkan Emotional Eating Ketika Sedang Emosi dan Stres?
Mengapa Hampir Setengah Orang Indonesia Cenderung Melibatkan Emotional Eating Ketika Sedang Emosi dan Stres? (capture/pixabay)
0 Komentar

sumedangekspres – Hampir setengah dari populasi Indonesia ditemukan menjadikan emotional eating atau ritual makan ketika sedang emosi dan stres.

Fenomena ini tidak hanya mencerminkan perilaku individual, tetapi juga mencerminkan pola perilaku yang merakyat di kalangan masyarakat.

Bagaimana kebiasaan makan menjadi saluran untuk mengelola stres dan emosi yang dialami?

Ritual Makan Sebagai Kompensasi Emosional

Baca Juga:Demi Gaya Rela Pasang Behel Palsu? Ini Resikonya!Stroke Ternyata Bisa Menyerang Usia Muda, Apa Penyebab Utamanya?

Ketika tekanan hidup dan tuntutan sehari-hari meningkat, banyak orang cenderung mencari kenyamanan dan pelarian dalam makanan.

Ritual makan menjadi semacam “pelarian” yang memberikan kesenangan instan dan sementara.

Studi menunjukkan bahwa hampir setengah orang Indonesia menggunakan makanan sebagai alat untuk mengatasi tekanan emosional, menjadikannya sebagai bentuk pengobatan diri yang seringkali tidak sadar.

Mindful Eating

Di tengah maraknya kebiasaan emotional eating, muncul konsep “mindful eating” sebagai model perilaku makan yang dapat mengelola hubungan seseorang dengan makanan dengan lebih baik.

Mindful eating melibatkan konsep makan dengan penuh kesadaran, di mana setiap gigitan makanan diambil dengan pengertian bahwa makanan tersebut membawa dampak langsung pada kesehatan.

Dalam mindful eating, seseorang tidak hanya menyadari rasa makanan tetapi juga menyadari tujuan makanan tersebut untuk mendukung kesehatan secara keseluruhan.

Fokus utama adalah pada pengalaman makan dan kepuasan yang dihasilkan, bukan sekadar mengonsumsi makanan sebagai pelarian dari tekanan emosional.

Emotional Eating

Baca Juga:Penderita Stroke Tidak Boleh Mengkonsumsi Susu Jenis Ini!Jenis Olahraga yang Aman Bagi Penderita Leukemia, Yuk Simak!

Sebaliknya, emotional eating mencirikan perilaku makan yang dilakukan tanpa kesadaran akan nutrisi atau dampak kesehatan.

Ketika seseorang mengalami stres atau tekanan, seringkali mereka cenderung mencari kenyamanan dalam makanan tanpa mempertimbangkan apakah makanan tersebut memberikan manfaat nutrisi yang sehat atau hanya memberikan kepuasan sementara.

Contoh yang umum adalah ketika seseorang merasakan stres pekerjaan dan memutuskan untuk mengatasi perasaannya dengan makanan yang cenderung tinggi lemak dan gula.

Baik makan besar maupun ngemil sambil bekerja dapat menjadi bentuk perilaku emotional eating yang tidak hanya merugikan kesehatan fisik, tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan mental jangka panjang.

Dalam menghadapi prevalensi tinggi ritual makan sebagai kompensasi emosional, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan hubungan mereka dengan makanan.

0 Komentar