638 Kasus Warga Terjangkit DBD, Akibatnya Pasutri Asal Jatinangor Meninggal Dunia

MENJELASKAN: Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular (P2PM PTM) Dina
MENJELASKAN: Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular (P2PM PTM) Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, Aan Sugandi saat ditemui Sumeks di ruang kerjanya, kemarin.
0 Komentar

sumedangekspres, KOTA – Sejak bulan Januari hingga Februari tahun 2024, Dinas Kesehatan kabupaten Sumedang mencatat sebanyak 638 kasus demam berdarah. Dua di antaranya meninggal dunia. 

“Kasus terbesar ada di Puskesmas Conggeang, sebanyak 79 kasus,” kata Sub Koordinator  Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular (P2PM PTM) Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, Aan Sugandi di ruang kerjanya, Senin (4/2). 

Sedangkan dua pasien meninggal dunia, merupakan pasangan suami isteri,  warga Kecamatan Jatinangor, yang saat itu dirawat di Puskesmas Cisempur. 

Baca Juga:Jatihurip Rehab Kantor DesaRatusan Warga Kebonjati Mendapat Bantuan Beras

“Keduanya meninggal dunia hampir berbarengan di hari yang sama, pada akhir Januari lalu,” tuturnya. 

Dia mengatakan, meskipun hanya baru dua bulan, namun jumlah kasus  tersebut hampir setengahnya jika dibandingkan kasus yang terjadi pada tahun 2023 lalu. 

“Sepanjang tahun 2023, tercatat ada 1.079 kasus. Dengan jumlah kasus tertinggi berada di puskesmas Sumedang Selatan,” terangnya.

Sedangkan jumlah angka kematian mencapai tiga kasus, yakni dua orang warga Kecamatan Jatinunggal dan satu orang lainnya warga Kecamatan Jatinangor. 

Untuk mengantisipasi kejadian tersebut, pihaknya melalukan pemberantasan sarang nyamuk, secara menyeluruh. 

“Namun yang menjadi pernasalahan sekarang adalah, hampir setiap wilayah yang memiliki kasus DBD, baik melalui aparatur maupun secara langsung melalui masyarakat, selalu ingin dilakukan fogging (pengasapan),” terangnya. 

Padahal menurut dia, fogging merupakan langkah akhir, apabila sudah dilakukan pemberantasan sarang nyamuk dan dilakukan secara menyeluruh mulai dari luar hingga ke dalam rumah. 

Baca Juga:Jalan Kabupaten Amblas Sepanjang 30 MeterKorban Banjir Mengungsi ke Pamoyanan

“Masih ada pemahaman masyarakat, bahwa fogging itu penyemprotan hanya dilakukan di luar rumah saja, mereka enggan jika seluruh ruangan rumahnya difogging,” katanya. 

Padahal, nyamuk aides aegypti berkembang biak di tempat-tempat lembab, seperti kamar mandi dan tempat penampungan air di dalam rumah. 

Lebih jauh Aan membeberkan,  fogging hanya bisa membasmi nyamuk-nyamuk yang sudah dewasa atau bisa terbang saja. 

Sedangkan jentik atau telur nyamuk tak bisa tersapu dengan fogging, melainkan dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 

“Telur nyamuk tidak bisa mati dengan fogging, karena dia masih hidup di dalam media tempat dia bertelur,” terangnya. 

0 Komentar