sumedangekspres – Pada akhir pekan ini, Kabupaten Cirebon dilanda hujan deras dengan durasi yang cukup lama. Dampaknya, tujuh desa di wilayah tersebut mengalami banjir. Desa-desa yang terdampak meliputi:
1. Desa Arjawinangun, Kecamatan Arjawinangun2. Desa Bayalangu Lor3. Desa Bayalangu Kidul4. Desa Jagapura Lor5. Desa Jagapura Kidul6. Desa Jagapura Kulon, Kecamatan Gegesik7. Perumahan Bumi Bunder Indah, Desa Bunder, Kecamatan Susukan
Banjir ini terjadi dari hari Sabtu hingga Minggu (7 Juli 2024).
Berdasarkan data yang dihimpun Radar Cirebon, banjir di Kabupaten Cirebon memiliki dampak yang signifikan pada beberapa desa. Di Desa Arjawinangun, banjir disebabkan oleh meluapnya Sungai Posong, yang menyebabkan air mencapai tinggi 20 cm sampai 70 cm di pemukiman warga. Akibatnya, 265 rumah, 10 hektare sawah, sekolah, musala, kantor Kecamatan, dan Kantor Damkar terendam banjir.
Baca Juga:Masalah Terkait Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU) Tak Kunjung Usai, Kota Cirebon4 Atap Bangunan Ambruk, Untuk Menghindari Terjadi Kembali KBM SD di Indramayu Terapkan Sistem Shift
Di Desa Bayalangu Lor dan Bayalangu Kidul, Kecamatan Gegesik, banjir setinggi 30 cm hingga 60 cm terjadi akibat debit air yang deras dari pembuangan Sungai Sriganala yang mengalami sedimentasi. Dampaknya, 180 rumah dan 15 hektare sawah terendam banjir.
Namun, banjir paling parah terjadi di tiga desa di Kecamatan Gegesik, yaitu Desa Jagapura Kulon, Jagapura Lor, dan Jagapura Kidul. Banjir dengan kedalaman mencapai 40 cm sampai 100 cm telah mengakibatkan 3.711 rumah terendam. Bahkan, kondisi banjir belum surut hingga Minggu siang.
Keadaan ini menunjukkan bahwa banjir di Kabupaten Cirebon memiliki dampak yang luas, baik terhadap pemukiman warga maupun lahan pertanian, serta fasilitas umum seperti sekolah dan kantor pemerintahan setempat.
“Penyebabnya, selain hujan dengan intensitas tinggi dan berkepanjangan, juga karena Sungai Jonggol meluap dan diperparah dengan jebolnya Tanggul Penahan Tanah (TPT),” kata Sub Koordinator Kebencanaan Ahli Muda Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Juwanda.
Masalah tambahan terjadi ketika pintu air di desa tersebut sulit dibuka. Saat ini, lanjut Juwanda, pintu air sedang diperbaiki oleh petugas dari dinas terkait dan masyarakat setempat agar air bisa mengalir dan banjir di rumah warga segera surut.
Di sisi lain, Khaerudin, warga Jagapura Kidul, mengatakan bahwa wilayahnya sebenarnya jarang terkena banjir. Bahkan, banjir terakhir kali terjadi pada tahun 2005. “Sudah lama tidak banjir, tapi air mulai masuk ke rumah sejak tadi malam, malam Minggu. Sampai Minggu sore ini air belum surut. Ini kejadian yang paling lama, biasanya banjir cepat surut. Kemungkinan besar karena ada tanggul yang jebol, jadi air masih terus masuk ke pemukiman,” ujarnya.