sumedangekspres – Sejumlah petani tembakau yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Sumedang menggelar audiensi dengan Wakil Bupati Sumedang, Fajar Aldila, di ruang rapat wakil bupati. Pertemuan ini membahas beberapa isu penting seputar masa depan perkebunan tembakau di daerah tersebut.
Topik utama yang dibicarakan mencakup pemanfaatan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT), permintaan agar Pasar Tembakau dijadikan pasar model, serta percepatan pengembangan perkebunan tembakau Sumedang.
Tujuan besar dari agenda ini adalah memperkuat kontribusi sektor tembakau terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik dari sisi cukai maupun penyediaan bahan baku.
Baca Juga:Pemdes Licin Fokus Pembangunan InfrastrukturKades Trunamanggala Harapkan BUMDes Bisa Maju dan Berkelanjutan
“Kami membahas optimalisasi DBHCHT. Dengan pemanfaatan yang tepat, dana tersebut bisa meningkatkan kesejahteraan petani tembakau di Sumedang. Transparansi bagi petani itu penting. Jika petani berhasil, maka pasar juga akan berhasil, dan ekonomi petani pun meningkat,” ujar Wabup Fajar, beberapa waktu lalu.
Sumedang dikenal memiliki produk tembakau unggulan, di antaranya Tembakau Mole dan Tembakau Hitam. Menurut Fajar, kedua jenis tembakau tersebut menjadi identitas sekaligus kebanggaan masyarakat Sumedang.
“Tembakau Mole dan Tembakau Hitam asal Sumedang ini kualitasnya sangat baik. Ini menjadi kebanggaan bagi Kabupaten Sumedang,” tambahnya.
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa Pasar Tembakau Tanjungsari akan terus dikembangkan. Pasar tersebut diproyeksikan sebagai pusat distribusi dan pemasaran tembakau lokal agar mampu memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi petani.
“Baik melalui pemasaran langsung maupun upaya lain, tujuannya untuk meningkatkan nilai dan potensi tembakau lokal hingga menembus pasar global. Saya harap para petani bisa terus fokus dan tetap solid,” pungkas Fajar