Makna di Balik Lagu Tradisional Sunda "Bubuy Bulan": Sebuah Metafora Kerinduan dan Cinta yang Puitis

Makna di Balik Lagu Tradisional Sunda \"Bubuy Bulan\": Sebuah Metafora Kerinduan dan Cinta yang Puitis
Makna di Balik Lagu Tradisional Sunda \"Bubuy Bulan\": Sebuah Metafora Kerinduan dan Cinta yang Puitis - (Ilustrasi)
0 Komentar

3. Sorot Mata dan Penemuan Kembali

Tuh, itu saha nu ngalangkung unggal enjing. Nyeredet hate ningali sorot socana.” (Tuh, itu siapa yang lewat setiap pagi. Bergetar hati melihat sorot matanya.)

  • Makna: Bagian ini sering diinterpretasikan sebagai momen yang membangkitkan kerinduan. Si perindu melihat seseorang yang lewat setiap pagi, dan sorot mata orang tersebut mengingatkannya pada kekasih yang telah lama pergi.
  • Filosofi: Kerinduan adalah perasaan yang sensitif; hal-hal kecil dapat memicu ingatan yang kuat. Sorot mata yang mirip sudah cukup membuat hati bergetar (nyeredet hate), menunjukkan bahwa perasaan cinta dan rindu itu masih sangat hidup dan sensitif.

“Bubuy Bulan” adalah lagu yang berhasil merangkum pengalaman universal tentang kerinduan dan cinta yang tak terbalaskan atau terpisah jarak.

Benny Corda merangkai lirik sederhana menjadi puisi yang dalam, menggunakan alam sebagai kanvas untuk melukis perasaan hati.

Baca Juga:Menguak Sejarah Lagu "Sumedang Kota Kamelang" dan Siapa PenciptanyaMakna di Balik Lirik Lagu "Sumedang Kota Kamelang": Ungkapan Cinta dan Janji pada Tanah Kelahiran

Lagu ini mengajarkan bahwa kerinduan adalah perasaan yang wajar, dan bahwa harapan untuk bertemu selalu menjadi kekuatan pendorong di balik setiap upaya dan penantian.

0 Komentar