Mengapa Seseorang Berselingkuh? Menyoroti Kasus Julia Prastini dan Inara Rusli, Berikut Alasannya

Mengapa Seseorang Berselingkuh? Menyoroti Kasus Julia Prastini dan Inara Rusli, Berikut Alasannya
Mengapa Seseorang Berselingkuh? Menyoroti Kasus Julia Prastini dan Inara Rusli, Berikut Alasannya - (IST)
0 Komentar

SUMEDANG EKSPRES – Perselingkuhan selalu memicu reaksi emosional kuat, dari rasa dikhianati hingga perdebatan publik di media sosial.

Di era digital, ketika kehidupan pribadi mudah terekspose, beberapa kasus seperti isu yang menyeret Julia Prastini dan laporan terhadap Inara Rusli menunjukkan betapa kompleksnya masalah ini.

Julia sempat buka suara setelah isu perselingkuhan viral yang memengaruhi karier dan hubungan keluarganya.

Baca Juga:Bisa Atasi Stress, Berikut Rekomendasi Menu Sarapan yang Wajib Kamu Siapkan Setiap PagiMampu Kecilkan Pori-pori di Wajah, Ini Dia Keunggulan B ERL SKIN KEY OF MOISTURIZING JELLY CLEANSER

Sementara nama Inara Rusli juga muncul dalam laporan yang berujung pada proses hukum terkait dugaan perselingkuhan.

Secara umum, ada beberapa alasan kenapa orang berselingkuh:

  • Kebutuhan emosional yang tak terpenuhi. Ketika pasangan merasa kurang dihargai atau tidak didengar, ia mungkin mencari keintiman emosional di luar rumah tangga. Kasus publik sering menyorot bagaimana ketidakpuasan ini bisa membesar ketika tidak diatasi sejak dini.
  • Kesempatan dan lingkungan sosial. Akses mudah lewat pertemuan, pekerjaan, atau media sosial meningkatkan peluang terjadinya hubungan terlarang. Viralitas bukti (foto/video/CCTV) dalam beberapa kasus menegaskan bagaimana kesempatan bisa berujung pada konsekuensi besar.
  • Faktor pribadi dan karakter. Impulsivitas, kurangnya kontrol diri, atau pola hubungan sebelumnya dapat memengaruhi keputusan untuk berselingkuh.
  • Tekanan eksternal dan publikasi. Di kalangan figur publik, tekanan karier, godaan perhatian penggemar, dan dinamika brand dapat memperumit masalah pribadi, sehingga dampaknya meluas ke ranah profesional.
  • Kesalahan komunikasi dan tabu meminta bantuan. Banyak pasangan tak mencari konseling karena malu atau takut dihakimi, sehingga masalah kecil membesar.

Menghadapi perselingkuhan butuh keseimbangan antara tanggung jawab, klarifikasi fakta, dan upaya pemulihan,baik lewat komunikasi terbuka, konseling pasangan, maupun batasan sehat di ranah digital.

Terlepas dari apapun alasannya, berselingkuh atau menjadi selingkuhan menjadi hal yang tidak akan pernah bisa dibenarkan. Salah tetaplah salah.

Kasus-kasus yang viral mengingatkan kita bahwa setiap cerita di balik headline punya lapisan emosi dan konteks yang perlu dipahami sebelum menilai siapa yang “bersalah” sepenuhnya.

0 Komentar