SUMEDANGEKSPRES.COM – Sejumlah pemuda tergabung dalam Panti Baca Ceria bergerak dalam bidang literasi di Sumedang, kini melahirkan buku bercerita tentang 26 kecamatan yang ada di Sumedang.
Mungkin untuk masyarakat luas di luar Sumedang, Sumedang hanya identik dengan tahunya yang menjadi kuliner dan oleh-oleh khasnya. Selain tahu, ternyata Sumedang juga memiliki pesona alam dan wisata yang memanjakan mata.
Sumedang memiliki banyak obyek wisata keren dan unik. Mulai dari situs budaya, situs bersejarah, spot foto-foto yang kekinian dan instagramable, air terjun dengan pemandangan yang asri dan beragam obyek wisata lainnya yang masih tersembunyi dan belum banyak diketahui orang.
Baca Juga:Kapolres Sumedang Cek Wisata Bendungan JatigedePengujung PPKM Level 4, Angka Pelanggaran Menurun. Rizal: Kita Jaring Sekitar 700 an Pelanggar
Seorang tim dari pembuatan buku tersebut, Muhammad Rizki Rukmana mengatakan Sumedang sebagai Puser Budaya Sunda memiliki kekuatan unsur sejarah. Disamping itu, beragam keunikan budaya yang perlu terus dikembangkan dan menjadi keunikan tersendiri.
“Panti Baca Ceria bersama Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sumedang mencoba mencatat segala keunikan yang ada di Sumedang tersebut dalam bentuk buku cerita pendek ilustrasi anak dengan nuansa berkeliling tiap sudut kota Sumedang dengan tokoh ‘Ujang & Aki’,” jelas Rizki kepada Sumeks, Minggu (1/8).
Untuk mengangkat potensi-potensi yang ada di Kabupaten Sumedang, gerakan literasi menggambarkan suasana alam Sumedang dalam bentuk cerita bergambar yang nantinya diperuntukan untuk anak-anak agar lebih mengenal Sumedang sejak dini.
Buku cerita pendek ‘Ujang & Aki’ merupakan 26 buku seri pengenalan Sumedang, sesuai dengan jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Sumedang, satu kecamatan satu buku.
“Tiap bukunya menceritakan tentang salah satu keunikan yang berada di tiap kecamatannya. Seperti, Kecamatan Tomo dengan Maronggenya, Kecamatan Darmaraja yang kental dengan sejarahnya, Kecamatan Tanjungkerta penuh keseruan Kesenian Genggong, Kecamatan Cimanggung melestarikan alat musik tradisional Karinding dan banyak lagi,” ujar pemuda yang lebih akrab disapa Bang Iki.
Bang Iki juga menceritakan proses penulisan dimulai pada Januari 2021 hingga April 2021. Seluruh penulisnya merupakan volunteer dari Panti Baca Ceria.
“Sedangkan ilustrator sebagian ada yang volunteer juga, ada yang melalui open talent untuk ilustrator secara perorangan sehingga terjalin kerjasama,” kata Bang Iki.