Listrik dan Air, Kendala Warga OTD Tol Cisumdawu

Listrik dan Air, Kendala Warga OTD Tol Cisumdawu
DIBANGUN: Warga OTD Tol Cisumdawu di Desa Cibeureuyeuh Kecamatan Conggeang membangun rumah di tempat baru. FOTO: ISTIMEWA
0 Komentar

SUMEDANGEKSPRES.COM  – Orang Terkena Dampak (OTD) Tol Cisumdawu di Desa Cibeureuyeuh Kecamatan Conggeang membutuhkan sejumlah fasilitas penunjang dalam membangun rumah baru mereka.

Saat ini, OTD yang sudah mendapat Uang Ganti Rugi (UGR) dari proyek nasional itu, mulai membangun rumah baru mereka di kawasan Kebon Kaler dan area pesawahan di desa tersebut. Hanya saja, proses membangun rumah, sedikit terhambat dengan kebutuhan air serta listrik.

Seorang warga setempat Jojong mengaku kini mulai membuat pondasi rumah barunya. Ketersediaan air dan listrik sangat dibutuhkannya untuk membangun rumah barunya.

Baca Juga:Wisata Sumedang harus Bisa Bangkit KembaliPemerintah Kembali Salurkan Bantuan Subsidi Upah pada Pekerja Patuh Kepesertaan Jamsostek

Dia pun menyebutkan, dalam hal relokasi, warga melakukannya secara mandiri, tidak ada perhatian dari pemerintah setempat.

Dalam proses membangun rumah barunya, Jojong pun memanfaatkan uang ganti rugi sebaik mungkin, agar rumahnya dapat segera selesai.

“Dicukup-cukup ya belum tentu cukup, ngebangunnya masih gini. Sekarang juga air belum ada untuk membangun dan untuk kehidupan nanti,” katanya.

Hal sama juga dilakukan Ustad Hasanudin yang kini mulai membangun rumah serta pesantren miliknya di area pesawahan. Dia menyayangkan akan lambannya proses pembayarannya. Dia yang kini membangun pesantren, merasa tergesa-gesa.

“Sementara alat berat sudah ada di depan rumah kami, di depan pesantren kami. Tolong lah kalau bisa kepada pihak yang berwenang, agar berilah kami tenggang waktu, sampai kami bisa menempati tempat yang baru. Kasihan anak-anak santri, masyarakat. Jadi jangan sampai mereka itu, seperti terasa oleh saya itu stres seperti ini,” ujarnya.

Terkait uang ganti rugi, kata dia, jelas hal itu tidak akan cukup. Mengingat harga material untuk membangun rumah dan pesantren, ikut melonjak.

“Dulu membangun pesantren habis Rp.1,1 Miliar, sekarang diganti hanya Rp.1,7 Miliar. Sementara kalau dulu tenaga kerja hanya Rp.60 ribu per orang, sekarang Rp.150 ribu. Jadi dengan bayangan itu saja, jelas sepertinya, bila dilihat dari harga kebutuhan bangunan tidak akan cukup,” jelasnya.

Baca Juga:Samsat Sumedang Kembali Gulirkan Program Triple Untung, Denda Dihapus Wajib Pajak Dapat DiskonPutra Daerah Sumbang APD Lengkap

Ustad Hasanudin menuturkan, saat ini dari pemerintah desa setempat juga ada perhatian. Yang tentunya, sebagaimana kapasitas dari desa itu sendiri. Namun untuk saat ini, pihaknya tengah membutuhkan sumber air dan juga listrik.

0 Komentar