Dewan Soroti Mental Anak Sekolah

Dewan Soroti Mental Anak Sekolah
Komisi 3 DPRD Sumedang berbincang dengan pihak SMPN 1 Tomo terkait pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT), kemarin. (Foto: ATEP BIMO AS/SUMEKS)
0 Komentar

Terlalu Lama Belajar Daring, Semangat Siswa Harus Dibangkitkan Lagi

SUMEKS, Tomo – Ketua Komisi 3 DPRD Sumedang H Mulya Suryadi mengatakan, sejak awal Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT), seharusnya jangan ada pembelajaran. Dia menyarankan, untuk mengutamakan perbaikan mental dan moral siswa/anak terlebih dahulu.

“Seperti bagaimana supaya anak betah di sekolah, bagaimana supaya kembali semangat lagi untuk mengikuti pembelajaran. Ini di setiap pertemuan harus dibahas,” ujarnya kepada Sumeks saat melakukan monitoring PTMT di SMP 1 Tomo, Kamis (7/10).

Hal itu, kata dia, dilakukan untuk kembali memotivasi siswa agar semangat belajar di sekolah dan memberikan arahan. Karena, selama pembelajaran online tidak ada arahan langsung

Baca Juga:Memperkokoh Kemanunggalan TNI Dengan Rakyat Melalui BSMSSPembebasan Lahan Lambat, Warga Menjerit

“Sekarang ini arahannya langsung, dengan memanfaatkan waktu hanya 30 menit. Bagaimana guru itu memberikan motivasi secara langsung kepada anak terkait cara belajar online. Toh kebanyakan dari waktu yang sedikit itu mereka belajar online,” jelasnya.

Haji Uthe, panggilan akrab Mulya Suryadi, bahkan menyarankan untuk kasus-kasus tertentu yang cukup menonjol terjadi pada siswa bisa menggunakan tenaga ahli/psikiatri. Tapi, kalau tidak ada kasus yang menonjol di satu sekolah, cukup menggunakan tenaga guru untuk memotivasi siswa.

“Jangan digeneralisir semuanya. Bisa dilihat setiap kasus yang terjadi pada siswa. Apabila kasusnya menonjol bisa menggunakan tenaga ahli,” jelasnya.

Tetapi, kata Uthe, sebulan sekali perlu ada konseling dari sekolah untuk memotivasi siswa agar semangat belajar. Seperti, yang terjadi di SMPN 1 Tomo ini, dimana ada satu orang siswa yang tidak bisa diizinkan tatap muka oleh keluarganya karena faktor trauma. Walaupun anak tersebut ingin sekolah.

“Itu kan berarti trauma berat dari pihak orang tua. Berarti ini orang tua harus diberikan pemahaman supaya anaknya diizinkan sekolah, apabila dibiarkan kasihan anaknya,” tandasnya.

Dia berharap pembelajaran tatap muka dimanfaatkan sebaik baiknya walaupun jam mengajar dikurangi dan jumlah murid kelas dikurangi, efektifkan sebaik mungkin. Dalam pembelajaran lebih menekankan mendidik anak, mengubah mental dan moral anak yang hampir dua tahun tidak sekolah.

“Seperti pendidikan moral sopan santun yang sudah menurun harus kembali ditingkatkan kepada anak. Seperti, seorang guru matematika jangan merasa saya guru matematik hanya mengajar matematik saja, tapi juga harus ada unsur mendidiknya karena merupakan seorang tenaga pendidik. Manfaatkan lah tatap muka untuk mendidik, karena mengajar itu bisa secara online,” tukasnya. (atp)

0 Komentar