Perjuangan Mashurin di Perantauan, 30 Tahun Tinggalkan Rumah Demi Jadi TNI

Perjuangan Mashurin di Perantauan, 30 Tahun Tinggalkan Rumah Demi Jadi TNI
Mashurin (tengah) beserta keluarga dan kepala desa berfoto bersama dengan Ketua Yayasan Abadi Bina Mentari Kabupaten Sumedang, Dera Renda (kanan) sebelum berangkat pulang. (Foto: ISTIMEWA)
0 Komentar

Sempat Alami Gangguan Jiwa, Pulang Dijemput Kades dan Adik Kandung

SUMEKS, Kota – Ingin menjadi seorang TNI merupakan cita-cita bagi setiap warga Indonesia. Bukan hanya sekedar untuk orang perkotaan saja. Melainkan, menjadi prajurit TNI kerap menjadi idaman para pemuda di wilayah pedesaan.

Mashurin, 55, warga Desa Kembang Kerang, Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengaku sangat ingin untuk menjadi seorang prajurit TNI.

Cita-cita yang dibangunnya sejak kecil, berharap dapat diraih dengan segala kemampuan yang ia miliki.

Baca Juga:Warga Keluhkan Parkir Truk SemrawutPenggantian Perangkat Desa Ada Aturannya

Demi menggapai mimpinya tersebut, Mashurin akhirnya pergi meninggalkan rumah sejak tahun 1990 dengan mengikuti rombongan pekerja yang hendak berangkat ke Batam.

Namun, dirinya terpisah dari rombongan dan memilih ke Ibu kota (Jakarta) untuk mendaftar sebagai TNI.

Dengan penuh rasa percaya diri, Mashurin yang pergi meninggalkan istri dan anak yang masih kecil tersebut, akhirnya mencoba mengadu nasib.

Namun sayang, dewi fortuna masih belum berada di pihaknya. Sehingga Mashurin gagal untuk menjadi seorang abdi negara.

Setelah gagal menjadi TNI, nasib buruk pun terus menghinggapi kehidupan Mashurin. Diantaranya, dia harus kehabisan bekal ditengah kerasnya kehidupan di ibu kota.

Waktu pun terus berjalan, dengan bekerja serabutan, Mashurin mencoba untuk bertahan hidup. Bahkan, setelah sekitar 25 tahun di Jakarta, akhirnya Mashurin menyerah dan pindah ke Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Disana, dia kembali untuk melanjutkan hidup dan tinggal disebuah gubuk di belakang pusat perbelanjaan Borma Rancaekek untuk melawan rasa dinginnya.

Baca Juga:Diduga King Kobra, Ular Gegerkan WargaKelompok Tani Siap Olah Ubi Hutan Jadi Bahan Makanan

“Iya, dia ditemukan di belakang Borma Rancaekek awalnya,” kata Ketua Yayasan Abadi Bina Mentari Kabupaten Sumedang, Dera Renda kepada Sumeks.

Dera menjelaskan, awal pertama kali ditemukan, kondisi Mashurin tampak kumel dan mengalami sedikit gangguan kejiwaan.

“Sedikit kesusahan dalam mencari informasi dari pa Mashurin ini. Karena kondisinya yang sulit diajak berbicara dan mengalami kondisi gangguan kejiwaan,” ungkapnya.

Demi menyelamatkan Mashurin, Dera pun mengorek informasi dari warga setempat. Namun, itupun hanya sebatas informasi normatif, dimana Mashurin sempat diketahui bekerja dalam sebuah proyek pembangunan jembatan di Rancaekek.

0 Komentar