TRANSFORMASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR

TRANSFORMASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR
Prof Dr Ayi Suherman M.Pd (kiri), Prof Dr Yudha Munajat Saputra.M,Ed (tengah) Prof Dr Tatang Muhtar M,Si (kanan) berfoto bersama usai Pengukuhan 2 Guru besar di UPI Kampus Bandung.
0 Komentar

Materi yang rumit dapat disederhanakan sehingga memudahkan tugas ajar yang dilakukannya. Melalui bimbingan yang intensif lambat laun perilaku siswa menjadi aktif dan mandiri.
Kurikulum PJOK bercirikan bahwa muatan pendikan jasmani tidak hanya ditekankan pada salah satu aspek penguasaan keterampilan motorik saja melainkan juga pada pengembangan nilai-nilai kepribadian peserta didik.

Usahakan adanya keseimbangan bersifat integrative kolaboratif. Menggunakan beberapa pendekatan yang bervariatif seperti pendekatan Pendidikan gerak, pendekatan kesegaran jasmani, pendekatan Pendidikan olahraga dan pendekatan Pendidikan rekreasi.

Kurikulum PJOK harus memberikan peluang yang menekankan keseimbangan kepada anak didik untuk bereksplorasi sesuai minat bakat dan kebutuhannya, seimbang antara fisical dan mental, verbal skill dan nonverbal skill, intelegensi dan emosi. Pendek kata kurikulum PJOK yang seimbang mampu menumbuhkembangkan pribadi anak seutuhnya.

Baca Juga:Pemda Wacanakan Bangun Perpustakaan Senilai Rp 9,5 MMasalah Lahan Blok Rancabaren, Warga dan Pemdes Minta Ketegasan

3. Supervisi  Calon Pendidik PJOK SD
Dalam kurikulum PGSD penjas terdapat Mata Kuliah Program Lapangan Satuan Pendidikan (PLSP). Melalui program tersebut dapat memfasilitasi calon guru untuk terlibat langsung dalam pembelajaran PJOK SD dan merupakan proses pembekalan agar calon guru memiliki kompetensi sebagaimana yang disyaratkan oleh UU Guru dan Dosen no 14 tahun 2005 Pasal 8 ayat 1, yakni kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (Indonesia, 2005).

Pengembangan model PLSP PGSD Penjas menghasilkan serangkaian kegiatan yang akan membina calon guru untuk menguasai aspek-aspek yang berhubungan dengan kemampuan guru PJOK SD. Kesuksesan calon guru PJOK yang bermuara pada eksitensi PLSP tergantung pada sejauh mana koordinasi tugas dan kewenangan antara LPTK dengan Dinas Pendidikan yang berwenang di lokasi program PLSP berlangsung. Calon guru PJOK SD, dibawah supervisi Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan guru pamong, harus menempuh seluruh tahapan kegiatan PLSP, diantaranya: kegiatan orientasi, observasi, pembelajaran terbimbing, pembelajaran mandiri dan ujian.

Dari penjabaran model yang digunakan pada Mata Kuliah PLSP PGSD Penjas tersebut, dapat ketahui beberapa hal. Pertama, bahwasannya kelima tahapan model PLSP PGSD Penjas tersebut harus dilaksanakan secara sistematis dikarenakan setiap tahapan akan memberikan dampak pada tahapan berikutnya. Kedua, peran guru pamong sangat strategis dalam meningkatkan kompetensi pedagogi calon guru PJOK SD.

0 Komentar