Maksimalkan Biosekuriti Tangani PMK, Jabar Perketat Lalu Lintas Hewan 

Maksimalkan Biosekuriti Tangani PMK, Jabar Perketat Lalu Lintas Hewan 
Kepala BNPB selaku Ketua Satgas Penanganan PMK Letjen TNI Suharyanto memberikan arahan kepada jajaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) dalam Rapat Koordinasi Penanganan PMK di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat (29/7) (ist)
0 Komentar

sumedangekspres, BANDUNG – Setiap daerah harus memiliki target menjadi daerah bebas PMK tanpa vaksinasi. Hal ini khusus untuk daerah yang belum tertular atau berada di sekitar daerah wabah. Cara terbaik dalam menekan penyebaran PMK adalah dengan pencegahan. Hal tersebut dikemukakan Ketua Satgas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Letjen TNI Suharyanto melalui rilisnya.

“Meskipun hewan-hewan sudah divaksin, jika pencegahannya masih belum maksimal, maka penyebaran akan terus meningkat. Karena itu, pemilik hewan ternak diimbau untuk tetap memisahkan hewan yang sudah sembuh dari gejala klinis dari hewan lain yang belum terjangkit,” ucapnya.

Suharyanto yang juga Kepala BNPB menjelaskan, ada empat hal yang menjadi strategi utama dalam penanganan kasus penyebaran PMK. Empat hal tersebut adalah biosekuriti, pengobatan, potong bersyarat dan vaksinasi.

Baca Juga:Tingkatkan Daya Saing Usaha, Pemprov Jabar Fasilitasi Pengusaha Kecil MenduniaIkan Predator Bayang-Bayangi Nelayan

“Pelaksanaan biosekuriti bisa dilakukan dengan 4 langkah. Yakni desinfeksi, pengaturan buka/tutup pasar hewan, penjagaan ketat di perbatasan, dan komunikasi, informasi serta edukasi,” ujarnya.

Suharyanto menyatakan, berbagai cara dan upaya terus dilakukan untuk menekan angka kasus PMK. Mulai dari pemberian vaksinasi terhadap hewan-hewan tersebut hingga pemotongan bersyarat.

“Pemberian vaksin terhadap hewan-hewan tersebut. Strategi terakhir dalam penanganan PMK adalah potong bersyarat,” tegasnya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat M Arifin Soedjayana mengatakan, pihaknya intens mengedukasi peternak terkait penerapan biosekuriti. Hal tersebut bertujuan agar dengan penerapan biosekuriti, hewan ternak yang sehat tetap terlindungi.

“Biosekuriti itulah yang harus dilakukan para peternak. Bagaimana kandangnya yang baik, bersih, kemudian juga pakannya, SOP-nya, memberi makan seperti apa. Jangan bercampur aduk dengan yang lain. Kemudian, penyemprotan disinfektan,” ucapnya.

Biosekuriti ini dilakukan dengan cara memisahkan hewan baru dengan hewan lama, memisahkan hewan yang sakit dengan yang sehat, pembersihan dan desinfeksi, pembatasan lalu lintas hewan, orang, produk hewan, dan media pembawa penyakit hewan lainnya dalam unit usaha atau perusahaan peternakan.

Sementara, komponen biosekuriti ini meliputi isolasi, mengontrol lalu lintas hewan, dan sanitasi. Dijelaskan, isolasi merupakan tindakan untuk mencegah kontak di antara hewan di suatu area atau lingkungan. Mengontrol lalu lintas hewan dengan menerbitkan surat edaran tentang standar operasional prosedur (SOP) lalu lintas hewan ternak.

0 Komentar