Warna Cat Masjid Tuai Kontoversi

Warna Cat Masjid Tuai Kontoversi
Bangunan Masjid Besar Cicalengka tepatnya berada di sekitar alun-alun. Menjadi perbincangan di beberapa kalangan dan beberapa titik bangunan di cat warna hijau.
0 Komentar

sumedangekspres, CICALENGKA – Bangunan Masjid besar Cicalengka tepatnya berada di sekitar alun-alun. Menjadi perbincangan di beberapa kalangan.

Lantaran warna hijau mulai mendominasi di pagar masjid tersebut. Benarkah warna hijau di Masjid itu merupakan simbol parpol (partai politik)?

Sedangkan masjid biasanya di cat dengan putih atau warna soft lainnya.

Baca Juga:Kuliner Malam Street Food Alun-alun SumedangPisang Keju Terenak Warung Cafe 21 Sumedang

Meski demikian, apupun warna dasar Masjid tetaplah masjid. Fungsinya tetap untuk ibadah. Saat waktu shalat tiba, dikumandangan azan.

Seperti dikatakan Ketua Fraksi PDIP Moch Luthfi Hafiyyan warna dasar masjid besar Cicalengka sebaiknya warnanya netral.

“Lebih baik Masjid Raya Alun-Alun Cicalengka di cat warna putih karena melambangkan suci,” ucapnya.

Tidak hanya itu taman alun – alun Cicalengka yang tadinya tiang warna abu, sudah di cat kembali dengan warna hijau.

“Ini apa maksudnya ?. Biarkanlah tempat bermain anak itu tidak digunakan untuk berkampanye dan di masukin simbul- simbul politik,”tuturnya.

Sementara itu salah satu Tokoh Masyarakat asli warga Cicalengka H Dadang Dollar mengaku mendukung apa yang disampaikan seorang warga Cicalengka yang juga wakil rakyat di DPRD Kabupaten Bandung.

“Saya bergelut jadi Dewan Masjid Agung Cicalengka sejak kepemimpinan Ketua DKM Almarhum Kyai Kori Ahmad Sahid, pondok Pesantren Al Falah,”ucapnya.

Baca Juga:Nonton Ketua BEM and His Secret Wife Episode 5 Gratis, Resmi, LK21, Rebahin dan TelegramTerapkan ‘Wealth Management For All’,  Bisnis Nasabah Premium BRI Meningkat 22,5%

Ia berharap di tahun politik ini tempat ibadah jangan dikaitkan dengan simbul politik tertentu.

Diakuinya dia ditempatkan sebagai bendahara ke-4 Masjid Raya tersebut, setelah almarhum lengser digantikan posisinya oleh almarhum Kyai Ustman.

Setelah Kyai Ustman meninggal, pertanyaannya kenapa sekarang Ketua DKM dijabat oleh Kepala KUA. Sementara harusnya lewat pemilihan.

Sebaiknya ini dibicarakan dengan berbagi pihak agar Masjid Raya Cicalengka tidak menjadi simbol politik tertentu,” pungkasnya. (kos)

0 Komentar