Mengenal Seni Tarawangsa Rancakalong Sumedang Yang Sakral Dan Penuh Mistis

Mengenal Seni Tarawangsa Rancakalong Sumedang Yang Sakral Dan Penuh Mistis
Mengenal Seni Tarawangsa Rancakalong Sumedang Yang Sakral Dan Penuh Mistis (kebudayaan.kemdikbud)
0 Komentar

sumedangekspres – Mengenal Seni Tarawangsa Rancakalong Sumedang Yang Sakral Dan Penuh Mistis

Unsur mitos telah mendorong pula terhadap perkembangan seni tersebut.

Sehingga secara perlahan-lahan semakin dikenal oleh masyarakat secara luas dan diterima sebagai kesenian tradisional masyarakat Sumedang.

Masyarakat Rancakalong melakukan upacara diawali iring-iringan dan memainkan alat musik dalam setiap upacara ritual setelah panen padi.

Baca Juga:Rekomendasi Tempat Ngopi Kekinian Di Rancakalong Sumedang, Saung Puncer Abah Wulung100 TAHUN BOSSCHA Gubernur Ridwan Kamil Komitmen Jaga Bosscha

Hal itu mereka anggap sebagai bentuk rasa syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang berlimpah.

Serta sebagai pengingat jasa-jasa para leluhur Rancakalong.

Alat musik yang digunakan terdiri dari dua waditra, yaitu waditra sejenis kecapai yang disebut jentreng dan sejenis rebab yang disebut tarawangsa.

Kecapi jentreng bentuknya seperti perahu dengan ukuran panjang 75-104cm, sedangkan lebarnya 12-14cm.

Terdiri dari ruruma, geulang, inang, paksi, lubang suara dan kawat/dawai berjumlah 7 buah.

Sedangkan waditra yang disebut tarawangsa merupakan alat gesek sejenis rebab, resonansinya terbuat dari kayu, berleher panjang dan mempunyai dua buah kawat.

Peranannya selain pembawa melodi juga sebagai goong yang dipetik untuk memperkuat aksen petikan pada akhir kenongan atau lagu.

Dalam kesenian ini selalu disediakan sesajen sebagai syarat berlangsungnya ritus yang setiap komponennya mempunyai makna simbolik.

Baca Juga:Bambang Soesatyo Meraih Gelar Doktor Ilmu Hukum, Ridwan Kamil Ucapkan Selamat!Rekomendasi Novel Karya Tere Liye Yang Wajib Banget Kamu Baca!

Sesajen dalam seni ini terdiri dari sesajen di tengah rumah dan sesajen di padaringan (goah).

Sasajen yang disimpan di tengah rumah berupa kepala boneka kayu yang disebut pangibuan yang memakai kerudung (simbol ibu) dan pangramaan, boneka yang memakai iket (rama), bakakak, duit benggol, dewegan kopi pahit kopi manis, bubur beureum bubur bodas, pakaian kebaya putih, pangradinan, sisir dan kaca, minyak kelapa, tiktek (lipatan sirih), dan sembilan macam rujak.

Sedangkan yang disimpan di goah (padaringan) terdiri dari : ineban yaitu rantang yang dibungkus selendang, di dalamnya berisi berisi beras dan di atasnya disimpan sisir, cermin, minyak kelapa dan telor.

Kemudian disimpan pula beras yang ditancapi hanjuang disertai bunga rampai dan kemenyan.

Seni tarawangsa biasa dipergelarkan pada malam hari, mulai pukul 20.00 WIB sampai pukul 04.00 dini hari.

0 Komentar