Sebelum kerajaan Sumedang berdiri nama Darmaraja dikenal lebih dulu. Kini Darmaraja merupakan satu wilayah kecamatan dari 26 kecamatan yang ada di Sumedang.
Terletak di tenggara Sumedang dan berjarak 27 Km dari kota Sumedang, Darmaraja konon merupakan cikal bakal Sumedang.
Dalam buku Rucatan Darmaraja yang ditulis budayawan WD Darmawan atau akrab dengan sebutan Aki Wangsa, kata Darmaraja diambil dari kata “ngadarma ka raja/ Darma Ngarajaan” atau berbakti terhadap raja.
Baca Juga:Sejarah Desa Karedok Jatigede SumedangArti dan Makna Pusaka Kujang
Diceritakan dalam buku Rucatan Darmaraja tersebut, sebelum 5 Masehi, saorang tokoh sakti yang datang ke Darmaraja adalah Sanghiyang Resi Agung dari Nagri Galuh.
Kedatangan resi pertama kali ke Leuweung Larangan Cipeueut Desa Cipaku (Kini Desa Cipaku tenggelam oleh Waduk Jatigede).
Kemudian datanglah Guru Aji Putih yang merupakan Cucu dari Wretikandayun Raja Sunda Galuh keturunan Tarumanagara dari sisi Ayahnya yaitu Resi Sanghyang Agung Arya Bimaraksa Ki Balangantrang dan Cucu dari Resi Demunawan Saunggalah Kuningan.
Dari Sisi Ibunya Ratu Dewi Komara, yang datang ke tempat yang bernama Leuwihideung atau Kampung Muhara.
Kedatangan dia itulah penanda mulai berdirinya kerajaan Tembong Agung atau kerajaan pertama di Sumedang.
Dalam perjalannya, Guru Aji Putih mendapat Wangsit untuk pergi ke tanah suci Mekah dan berguru kepada Sayyidina Ali R.A.
Pada waktu itu, Prabu Guru Aji Putih belajar ilmu syariat, hakikat, tarekat, dan marifat.
Baca Juga:Sejarah Sumedang Saat Pangeran Kornel Melawan BelandaSejarah konflik antara Sumedang dan Cirebon Jaman Belanda
Setelah menunaikan ibadah haji di tanah suci, Aji Putih kembali dan berkontemplasi di Cipeueut/Cipaku.
Guru Aji Putih inilah yang menyebarkan agama Islam di Darmaraja atau Sumedang. Dan dia adalah orang pertama yang bergelar haji karena berangkat ke Mekah untuk memperdalam agama Islam.
Nama Aji Putih pun berubah menjadi Guru Haji Aji Putih atau Haji Darmaraja. Makam Prabu Aji Putih itu berada di Pajaratan Landeuh Cipeuet Desa Cipaku dan kini sudah tergenang air Waduk Jatigede.
Diceritakan pula dalam buku Rucatan Darmaraja saat Tajimalela anak dari Prabu Guru Haji Putih berkuasa di wilayah ini.