sumedangekspres – Hati-hati terhadap dampak negatif Roleplay yang sangat mengerikan, ini saran Psikolog.
Istilah “roleplay” menjadi topik yang populer setelah menjadi viral di TikTok dan kemudian banyak di antaranya yang mempertanyakan dampak negatif.
Istilah ini mengacu pada seseorang yang memainkan peran orang lain dalam situasi tertentu.
Baca Juga:Dibangun Sejak 2011, Ini Alasan 12 Tahun Pembangunan Tol Cisumdawu Belum Juga SelesaiDinas PMPTSP Jabar Ajak UMKM Ikuti CIFEST 2023. Hadiah Puluhan Juta Rupiah, Pendaftaran Mulai 17 Juni 2023
Namun, permainan ini tidak lepas dari dampak negatif, terutama pada anak-anak.
Psikolog klinis Kantiana Taslim menjelaskan bahwa dalam permainan roleplay, pengguna dapat menggunakan identitas yang mereka buat, bukan identitas asli mereka.
Menurutnya, praktik seperti ini memungkinkan pengguna untuk menampilkan versi diri yang mereka pilih.
“Mereka dapat menampilkan diri sesuai dengan apa yang sedang populer atau yang diminta oleh lingkungan sosial mereka. Hal ini dilakukan agar mereka dapat cocok dan berpartisipasi dalam lingkungan atau komunitas sosial tersebut,” jelas Kantiana pada tanggal 20 Juni.
Menurut Kantiana, hal ini dapat membuat anak-anak dan individu menjadi rentan untuk tidak menjadi diri mereka yang sebenarnya, bahkan dapat menghambat eksplorasi identitas diri mereka saat remaja.
Padahal, eksplorasi dan pembentukan identitas diri merupakan tugas perkembangan penting pada masa remaja.
“Bisa saja individu cenderung untuk menampilkan diri sesuai dengan apa yang mereka lihat dapat diterima oleh lingkungan mereka agar mereka diterima oleh komunitas tersebut,” tambahnya.
Baca Juga:Spesifikasi Handphone Nokia C21 Plus Mulai Dari Kelebihan Dan KekuranganReview Jujur Bedak Wardah Colorfit Perfect Glow Cushion
Psikolog dari Ohana Space ini juga menyatakan bahwa hal ini dapat menyebabkan konflik internal.
Anak-anak dan individu dapat merasa bahwa mereka tidak dapat menjadi diri mereka yang sebenarnya, mempengaruhi harga diri mereka, dan merasa terbatasi dalam tampil apa adanya karena tidak sesuai dengan ‘tuntutan’ lingkungan.
Namun, ini bukan berarti hal-hal ini tidak dapat dicegah. Menurutnya, arahan yang tepat dan keterbukaan dari orang tua dan pengasuh utama sangat penting untuk membimbing anak dalam menggunakan media sosial dengan bijaksana.