Sekilas Tentang Masjid Agung Sumedang yang Jarang Orang Tau

Masjid Agung Sumedang
Masjid Agung Sumedang/GMaps
0 Komentar

sumedangekspres – Masjid Agung Sumedang, yang megah berdiri di pusat Kota Sumedang, tidak hanya menjadi tempat ibadah umat Islam tetapi juga menyimpan sejarah panjang yang mencakup periode kolonialisme Belanda hingga pemimpin Sumedang pada masa itu. Dibangun pada 4 Rajab 1267 (3 Juni 1850) dan selesai pada 8 Ramadhan 1270 (5 Juni 1854), masjid ini memiliki desain arsitektur yang unik, menggabungkan unsur-unsur Cina dan Nusantara.

Sejarah Pembangunan Masjid Agung Sumedang

Masjid Agung Sumedang merupakan hasil pembangunan pada masa Bupati Sumedang Pangeran Suria Kusumah Adinata, yang dikenal dengan sebutan Pangeran Sugih, pada tahun 1850. Pembangunan dilakukan di atas tanah wakaf dari Raden Dewi Siti Aisyah. Masjid ini memiliki luas bangunan 583,66 meter persegi di atas tanah seluas 6.755 meter persegi. Pembangunannya dimulai pada tanggal 4 Rajab 1267 H atau 3 Juni 1850 M dan selesai pada tanggal 8 Ramadhan 1270 H atau 5 Juni 1854 M.

Pada masa kepemimpinan Pangeran Sugih, masjid ini menjadi yang terbesar di Sumedang dan sering digunakan untuk kegiatan ibadah dan kegiatan lainnya. Lokasinya yang strategis di depan Alun-alun Sumedang menjadikannya mudah diakses oleh masyarakat.

Baca Juga:Sejarah Ringkas Kabupaten Sumedang, Perjalanan Sejak Tahun 1833Semua Ini Tentang Kamu, Taman Endog Sumedang

Perubahan Lokasi Pembangunan

Menurut Wakil Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Agung Sumedang, H Endang Hasanudin, awalnya lokasi pembangunan masjid direncanakan di belakang Gedung Negara. Namun, karena beberapa pertimbangan, lokasinya dipindahkan ke lokasi saat ini di depan Alun-alun Sumedang.

“Awalnya di itu di dekat SD Sukaraja, kemudian ada yang mewakafkan tanahnya. Maka diambil tanah belakang gedung negara yang sekarang menjadi Empang untuk meratakan lahan disini. Jadi Empang itu dulunya adalah tanah rata biasa tapi dipindahkan ke Masjid Agung sekarang,” kata Endang.

Renovasi dan Pemugaran

Masjid Agung Sumedang telah mengalami tiga kali renovasi sepanjang sejarahnya. Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1952, saat kepala Dinas Urusan Agama dijabat oleh MS. Muhammad Soemarya. Pada masa ini, masjid mengalami ujian kekokohan saat gempa besar melanda, namun hanya sebagian kecil yang mengalami kerusakan.

Renovasi kedua terjadi pada tahun 1982 di bawah kepemimpinan Buchori Mu’tasim. Atap masjid diganti dengan beton, dan tiang-tiang penyangga besi dilapisi kayu triplek. Renovasi ini selesai pada 9 Juni 1988.

0 Komentar