Tertundanya Awal Musim Hujan Asia Hingga 5 Dasarian: Dampak dan Mitigasi

Tertundanya Awal Musim Hujan Asia Hingga 5 Dasarian: Dampak dan Mitigasi
Tertundanya Awal Musim Hujan Asia Hingga 5 Dasarian: Dampak dan Mitigasi (ist/pin)
0 Komentar

sumedangekspres – Asia mengalami penanda musim hujan yang tertunda hingga 5 dasarian atau sekitar 50 hari.

Hal ini menciptakan keadaan yang cukup mengejutkan mengingat musim hujan biasanya dimulai pada bulan November dan berakhir pada Maret, sesuai dengan pola iklim yang sudah lazim.

Dr. Erma Yulihastin, seorang pakar klimatologi dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan bahwa kondisi awal musim hujan yang tertunda ini tidak berdampak pada akhir musim hujan yang tetap sesuai dengan jadwal normal.

Meskipun begitu, ada beberapa dampak yang perlu dipertimbangkan.

Baca Juga:Mengungkap Dilema Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Menelisik Kasus Viral dan PsikologinyaPermintaan Maaf dan Tindakan Tanggap PT Kereta Api Indonesia Pasca Kecelakaan Kereta Api di Bandung

Salah satu dampak yang paling terasa adalah penurunan suplai air dari waduk yang digunakan untuk pembangkit listrik.

Dr. Erma Yulihastin menjelaskan bahwa keterlambatan awal musim hujan dapat mengakibatkan berkurangnya pasokan air untuk pembangkit listrik, terutama di wilayah Jawa-Bali.

Ini menjadi perhatian serius karena listrik memainkan peran krusial dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Untuk mengatasi potensi berkurangnya pasokan listrik, perlu dilakukan mitigasi yang efektif.

Upaya mitigasi dapat mencakup pengoptimalan penggunaan listrik, peningkatan efisiensi pembangkit listrik, dan peningkatan kapasitas penyimpanan air di waduk-waduk strategis.

Upaya ini diharapkan dapat meminimalisir dampak negatif terhadap pasokan listrik di tengah keterlambatan awal musim hujan.

Selain itu, Dr. Erma Yulihastin juga menyoroti dampak terlambatnya musim hujan terhadap sektor pertanian.

Baca Juga:PT KAI Daop 8 Surabaya Alihkan Jalur Operasi KA Bandung melalui Purwokerto Pasca-Kecelakaan di Stasiun Haurpugur – Stasiun CicalengkaMengenal Seismograf yang Dipasang oleh ITB Pascagempa Sumedang dan Perbedaannya dengan Seismometer

Terlambatnya musim hujan dapat mengakibatkan pengurangan frekuensi masa tanam bagi para petani. Hal ini menjadi perhatian penting karena pertanian merupakan sektor vital dalam perekonomian dan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.

Upaya adaptasi dan penyesuaian perlu dilakukan oleh para petani untuk mengatasi dampak terlambatnya musim hujan.

Penggunaan teknologi pertanian yang inovatif, praktik-praktik konservasi tanah, dan sistem irigasi yang efisien dapat menjadi solusi untuk menjaga produktivitas pertanian meskipun dalam kondisi musim yang tidak terduga.

Keterlambatan awal musim hujan ini menjadi pengingat bahwa perubahan iklim dapat memberikan dampak yang signifikan pada pola cuaca dan musim di berbagai wilayah.

Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama global dalam upaya mitigasi perubahan iklim dan adaptasi terhadap perubahan yang sudah terjadi.***

0 Komentar