sumedangekspres – Yuk simak artikel selengkapnya tentang asal usul kolak.
Kolak, dengan kelembutan dan rasa manisnya, telah lama menjadi ikon yang tak terpisahkan dari tradisi berbuka puasa di bulan Ramadan.
Tetapi, tahukah Anda bahwa akar dari panganan yang begitu disukai ini telah mencapai sejarah yang jauh lebih tua daripada yang banyak orang duga?
Kolak, sejatinya, bukanlah produk baru yang muncul belakangan ini.
Orang sering mengira bahwa makanan ini berasal dari Arab Saudi, namun kenyataannya tidak demikian.
Baca Juga:Berapa KM Bisa Disebut Musafir? Ini Jawabannya!Apakah Musafir Boleh Tidak Puasa? Yuk Cek Jawabannya!
Jejak awal dari kolak atau makanan serupa yang terbuat dari cairan gula aren telah ada sejak zaman Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa makanan sejenis sudah dikonsumsi oleh masyarakat Jawa kuno pada tahun 902 Masehi, sebagaimana yang tercatat dalam Prasasti Watukura.
Kata “kolak” sendiri diyakini berasal dari bahasa Arab, yaitu “kul laka” yang berarti “makanlah”.
Ada juga teori lain yang mengaitkan asal kata “kolak” dengan bahasa Arab lainnya, seperti “khalaqa” yang berarti “menciptakan”.
Namun, terlepas dari asal-usul kata “kolak”, yang pasti makanan ini adalah hasil akulturasi budaya antara tradisi lokal dengan pengaruh Timur Tengah.
Kebudayaan Timur Tengah yang cenderung menyukai makanan manis bercampur dengan bahan-bahan lokal seperti santan, pisang, kolang-kaling, dan lainnya telah membentuk karakteristik kolak yang kita kenal saat ini.
Perpaduan ini memberikan sentuhan khas yang membedakan kolak dari makanan manis lainnya.
Namun, kolak juga memiliki filosofi tersendiri terkait dengan nilai-nilai ke-Islaman.
Baca Juga:3 Syarat Musafir Apa Saja? Yuk Kepoin!Musafir Itu Apa? Intip Juga Syarat, Tujuan, dan Jenisnya!
Misalnya, penggunaan pisang kepok dalam kolak. Pisang kepok, dengan konotasinya yang berasal dari kata “kapok” yang berarti menimbulkan efek jera atau tidak akan berbuat lagi, dapat dianggap sebagai simbol dari kesungguhan untuk meninggalkan perbuatan dosa.
Tidak hanya itu, penggunaan santan dalam kolak juga memiliki makna mendalam.
Sejarawan Fadly Rahman menjelaskan bahwa santan digunakan dalam kolak sebagai wujud syukur atas karunia Tuhan. Pohon kelapa, sumber utama dari santan, dianggap sebagai pohon sumber kehidupan oleh masyarakat Jawa dan banyak suku di Nusantara.