Rancakalong Meriahkan Adat Ngalaksa 2025: Warisan Budaya Sunda yang Terus Hidup

Desa Rancakalong di Kabupaten Sumedang kembali menjadi pusat perhatian, saat gelaran Upacara Adat Ngalaksa 202
Desa Rancakalong kembali menjadi pusat perhatian, saat gelaran Upacara Adat Ngalaksa 2025 (istimewa)
0 Komentar

sumedangekspres, RANCAKALONG – Desa Rancakalong di Kabupaten Sumedang kembali menjadi pusat perhatian, saat gelaran Upacara Adat Ngalaksa 2025 resmi dibuka dengan penuh semarak dan kekhidmatan pada Selasa pagi (13/5). Tradisi tahunan yang mengakar kuat dalam budaya Sunda ini tak sekadar menjadi perayaan panen, melainkan juga bukti nyata bahwa warisan leluhur tetap lestari di tengah modernitas zaman.

Berlokasi di Bale Adat Desa Rancakalong, acara pembukaan dimulai sejak pagi hari. Ratusan warga dan tamu undangan mulai memadati area sejak pukul 08.00 WIB, menyaksikan prosesi heleran arak-arakan budaya yang menjadi pembuka rangkaian acara. Sorak sorai warga berpadu dengan alunan musik tradisional membuat suasana terasa hangat dan penuh makna.

Acara puncak pembukaan berlangsung pukul 09.30 WIB dan dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, H. Erwan Setiawan. Ia hadir bersama para tokoh penting, di antaranya Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar Dr. Lendra Sofyan, Bupati Sumedang Dr. Dony Ahmad Munir, dan jajaran Forkopimda. Kehadiran mereka menjadi penanda betapa pentingnya tradisi ini dalam memperkuat identitas budaya daerah.

Baca Juga:Erwan Setiawan Imbau Bobotoh Tunda Konvoi: Rayakan Kemenangan Persib di Waktu yang TepatDiskon Spesial untuk Bobotoh! Ayam Penyet Surabaya Sumedang Hadirkan Promo Atribut Persib

Kepolisian dan TNI juga tak ketinggalan ambil bagian. Kapolres Sumedang yang diwakili Kapolsek Rancakalong, AKP Ahmad Sahidin, bersama Danramil Kapten Inf. Ajis Jabir, tampak hadir mengawal jalannya acara.

“Kami hadir bukan hanya untuk pengamanan, tetapi juga untuk menunjukkan dukungan kami terhadap pelestarian budaya lokal,” ujar Kapolsek.

Ngalaksa sendiri merupakan ritual turun-temurun masyarakat Rancakalong sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen padi. Dalam prosesi ini, padi-padi terbaik dibawa ke lumbung, disertai pembuatan makanan khas laksa yang menjadi simbol kemakmuran dan persatuan. Tahun ini, upacara akan berlangsung selama tujuh hari, melibatkan lima rurukan: Rancakalong, Cibunar, Nagarawangi, Pamekaran, dan Pasirbiru.

Dengan lebih dari 300 peserta yang hadir, suasana upacara berlangsung meriah namun tetap tertib. Panitia, warga, aparat keamanan, serta unsur pemerintah daerah bahu-membahu menjaga kelancaran acara.

“Inilah kearifan lokal yang menjadi kekuatan sosial masyarakat kita,” tambah Sahidin.

Sejak ditetapkan dalam Peraturan Bupati Sumedang Nomor 113 Tahun 2009 tentang Sumedang Puseur Budaya Sunda, Upacara Adat Ngalaksa telah menjadi agenda budaya tahunan yang dinanti. Selain sebagai bentuk penghormatan pada leluhur dan Sang Pencipta, Ngalaksa juga telah menjadi daya tarik wisata budaya yang mengangkat citra Sumedang di mata publik.

0 Komentar