sumedangekspres – Pandemi Covid-19 memaksa para pelajar di Indonesia untuk berhenti melakukan pembelajaran tatap muka. Para siswa harus melaksanakan setiap proses pembelajaran secara during.
Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbud RI, Drs. Zulfikri, M.Ed, menyebutkan, selama pandemi, pembelajaran siswa menjadi monoton dan tidak ada memiliki aktivitas yang nyata.
Merespon hal tersebut pemerintah menerapkan Kurikulum Merdeka, sebagai wujud kepedulian kepada para siswa agar bangkit dari masa pandemi.
Baca Juga:Lirik Lagu Shaun – Way Back Home4 Makanan Yang Baik Untuk Diet
Kurikulum ini membuat guru bisa menciptakan suasana belajar yang lebih baik dan kondusif bagi anak-anak.
“Kurikulum Merdeka merupakan pilihan dalam rangka pemulihan pembelajaran pasca pandemi Covid-19,” kata Zulfikri saat mengikuti Workshop Pendidikan, Sosialisasi Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran di Hotel Puri Jatinangor, Sabtu (26/11).
Menurutnya, selama pandemi Covid-19 para peserta didik telah merasakan kehilangan kesempatan belajar.
Untuk itu, kurikulum merdeka ini dirancang agar bisa lebih memberikan ruang untuk setiap anak agar bertumbuh dan berkembang. Sehingga, peserta didik atau anak-anak didorong untuk beraktifitas secara nyata.
“Rancangan kurikulum merdeka tersebut dibuat sesederhana mungkin. Dan bisa diterapkan dalam situasi seminim apapun,” katanya.
Masih di tempat yang sama, Anggota Komisi X DPR RI, Dede Yusuf Macan Effendi, mendukung penerapan kurikulum merdeka bisa diterapkan pada 2.000 sekolah penggerak sebagai prototype sebelum diterapkan secara nasional keseluruhan.
Melalui kurikulum baru ini, Dede meminta pemerintah untuk melakukan pengurangan beban materi. Sehingga hampir 50 persen bobot pembelajaran bisa dikurangi. Karena selama dua tahun siswa merasa sudah terbiasa tidak terlalu terbebani kurikulum yang ada, karena belajarnya melalui online.
Baca Juga:4 Olahraga Untuk Bantu Diet5 Makanan Khas Sumedang Yang Harus Kamu Cicipi Jika Berkunjung ke Sumedang
“Dari hasil survei Kemendikbud, learning lost (kehilangan semangat atau waktu pembelajaran) itu bisa diturunkan sampai 40 persen,” katanya.
Politikus Partai Demokrat ini mengatakan, kurikulum merdeka adalah kurikulum darurat. Pasalnya saat pandemi Covid-19 banyak keluhan dari masyarakat terutama yang terbebani dengan belajar online.
“Beberapa waktu lalu para siswa di Indonesia harus melakukan pembelajaran secara online saat pandemi Covid-19. Hal tersebut membuat pemerintah menggencarkan program kurikulum merdeka,” kata Dede.
Melihat hal itu, ia meminta pemerintah untuk melakukan pengurangan beban pembelajaran di sekolah. Sehingga hampir 50 persen bobot pembelajaran bisa dikurangi.