sumedangekspres – Asal Usul Sejarah Suku Badui Menurut kepercayaan mereka, orang Kanekes mengaku sebagai keturunan dari Batara Cikali, salah satu dari tujuh dewa yang diutus ke bumi.
Asal muasal ini sering dikaitkan dengan Nabi Adam sebagai leluhur pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk suku Kanekes, memiliki kewajiban bertapa (mandita) untuk menjaga keharmonisan dunia.
Pendapat tentang asal usul orang Kannekes berbeda dengan pendapat para sejarawan yang mendasarkan pendapatnya pada sintesa dari beberapa bukti sejarah, yaitu tulisan, laporan perjalanan navigator Portugis dan Cina, serta cerita rakyat. Tatar Sunda, yang jumlahnya sedikit.
Baca Juga:SD Arrafi BHS Sumedang Gelar Assembly 2023Mahasiswa Prodi PGSD Senang dan Bersyukur, Adanya Sertifikasi Kompentensi
Kanekes terkait dengan kerajaan Sunda, yang berpusat di Pakuan Pajajaran (sekitar Bogor sekarang) sebelum runtuh pada abad ke-16.
Sebelum berdirinya Kesultanan Banten, ujung barat pulau Jawa ini merupakan bagian penting dari kerajaan Sunda.
Banten merupakan pelabuhan niaga yang cukup besar.
Berbagai jenis perahu dapat dilayari di Sungai Ciujung, dan banyak di antaranya diangkut ke pedalaman.
Oleh karena itu, penguasa daerah tersebut, Pangeran Pucuk Umun, berpendapat bahwa kelestarian sungai harus dijaga.
Untuk tujuan ini, sekelompok prajurit pemerintah yang sangat terlatih ditugaskan untuk menjaga dan mengelola kawasan hutan lebat dan perbukitan di kawasan Gunung Kendeng.
Keberadaan kelompok-kelompok khusus tersebut seolah menjadi cikal bakal masyarakat Kanekes yang terus hidup di hulu Sungai Ciujung di Gunung Kendeng (Adimihardja, 2000).
Ketidak sepakatan ini menimbulkan klaim bahwa identitas dan sejarah mereka sebelumnya sengaja dirahasiakan, yang mungkin melindungi masyarakat Kanekes sendiri dari serangan musuh Pajajaran.
Baca Juga:Dengan Sertifikasi Kompetensi Diharapkan UPI Jadi Motor Dunia KompetensiPGSD UPI Kampus Sumedang Gelar Sertifikasi Kompetensi bagi Mahasiswa
Van Tricht, seorang dokter yang melakukan penelitian kesehatan pada tahun 1928, membantah teori tersebut.
Menurutnya, masyarakat Kanekes adalah penduduk asli daerah tersebut yang memiliki daya tahan yang kuat terhadap pengaruh luar (Garna, 1993b: 146).
Orang Kanekes menolak untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai orang buangan dari Pajajaran, ibu kota kerajaan Sunda.
Menurut Danasasmita dan Djatisunda (1986: 4-5) Suku Baduy adalah penduduk setempat yang telah resmi diberikan mandala (tempat keramat) oleh raja karena penduduk setempat diharuskan melestarikan leluhurnya (tempat pemujaan nenek moyang atau nenek moyang), bukan agama Hindu atau Budha.