Sejarah Kota Depok Pernah Jadi Negara

Sejarah Kota Depok Pernah Jadi Negara
Sejarah Kota Depok Pernah Jadi Negara
0 Komentar

sumedangekspres – Sejarah Kota Depok Fasilitas ini dijalankan oleh keturunan budak yang dibebaskan oleh Cornelis Chastelein, seorang tuan tanah Belanda yang memiliki perkebunan di Depok.

Ketika Depok meninggal pada 28 Juni 1714, 12 budak – yang kemudian dibebaskan – mewarisi lebih dari 1.244 hektar tanah untuk pengelolaan bersama, menjadikan Depok sebagai domain pribadi yang dipimpin oleh seorang presiden pada masa penjajahan Belanda.

Di sanalah saya bertemu dengan Ferdy Jonathans, Koordinator Aset Yayasan Cornelis Chastelein.

Baca Juga:Sejarah Depok Saat Jaman BelandaMitos Gunung Hejo Purwakarta

Dia mengatakan bahwa nama belakang yang mirip dengan nama Belanda membuatnya kehilangan identitasnya.

Ferdy menyebutkan, dalam surat wasiat yang ditulis Chastelein pada 13 Maret 1714, hanya ada satu marga, yakni Soedira, sedangkan sebelas marga lainnya diduga berasal dari tokoh agama Baprima Lucas. “Mungkin diambil dari Injil setelah Kornelius meninggal,” kata Ferdy.

Sejarah Kota Depok berkembang menjadi daerah otonom di bawah kendali rakyat Depok. Bahkan pada 14 Januari 1913 mendapat pengukuhan dari pemerintah Hindia Belanda sendiri, mengubah statuta van het land Depok untuk mengangkat “pemimpin khusus” rakyat Depok sebagai presiden.

Presiden pertama “Republik Depok” adalah G. Jonathans. “Presiden dipilih dengan suara terbanyak setiap tiga tahun,” kata editor sejarah Wenri Wanhar, yang pernah menulis buku berjudul Gedoran Depok:
Revolusi Sosial di Pinggiran Jakarta, 1945-1955.

Depok kemudian menjadi “wilayah khusus” yang setia kepada pemerintah Hindia Belanda. Juga ketika daerah itu banyak dikunjungi pejabat penting Belanda di Batavia dan Buitenzorg (Bogor). Kemudian mereka membangun banyak rumah besar untuk istirahat. Gereja juga berkembang pesat di sana.

Karena kedekatannya dengan Belanda, budaya masyarakat Depok mirip dengan majikan mereka sebelumnya. Mulai dari bahasa hingga gaya makan dan berpakaiannya benar-benar ada hubungannya dengan tradisi orang Belanda.

“Gaya hidup Anda memang sangat Belanda,” kata Dr. Wahyuning M. Irsyam dalam Berkembang dalam Bayangan Jakarta:
Sejarah Era 1950-1990.

Baca Juga:Mitos Situ Wanayasa PurwakartaMitos dan Sejarah Mbah Jawer Penunggu Jatiluhur Purwakarta

Pada akhir tahun 1949, penduduk Depok diperbolehkan kembali ke rumahnya dengan izin dari pemerintah Republik Indonesia.

0 Komentar