Ngadu Kuda di Kawasan Dadaha Kota Tasikmalaya: Sejarah yang Melegenda

Kawasan Dadaha Kota Tasikmalaya
Kawasan Dadaha Kota Tasikmalaya (istimewa/maps)
0 Komentar

sumedangekspres – Kawasan Dadaha Kota Tasikmalaya tidak hanya merupakan kompleks sarana olah raga namun juga memiliki sejarah panjang sebagai ruang publik, menjadi pusat hiburan bagi masyarakat setempat. Salah satu kegiatan yang menunjukkan popularitas Dadaha adalah balap kuda, yang dikenal secara lokal sebagai “ngadu kuda”.

Kegiatan pacuan kuda ini bukan lagi tren baru di Tasikmalaya. Sejarahnya dimulai pada tahun 1920-an.

Dokumen-dokumen dari surat kabar bekas membuktikan adanya praktik ini, seperti pemberitaan Sipatahoenan terbitan 9 September 1937. Artikel tersebut mengulas secara detail Detail tentang pacuan kuda Dadaha yang berlangsung pada tanggal 4 September 1937.

Baca Juga:Menelusuri Jurusan Kuliah Tata Boga Terbaik di BandungKualitas Pembelajaran: Kunci Keberhasilan bagi Kesuksesan Siswa

Pacuan kuda di Dadaha saat itu membangkitkan antusiasme yang besar di kalangan masyarakat Tasikmalaya dan sekitarnya. Bahkan kegiatan ini menjadi acara yang sangat dinantikan setelah 9 tahun absen. Persiapan dan sosialisasi acara yang dimulai tiga bulan sebelum hari besarnya, membuktikan betapa pentingnya acara ini bagi masyarakat setempat.

Sesi latihan pra-acara yang diadakan setiap hari Minggu dan selalu menjadi acara yang dinantikan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam menyaksikan kegiatan ini mencerminkan kecintaan mereka terhadap tradisi pacuan kuda. Bahkan, harga tiket untuk menyaksikan pacuan kuda ini dibanderol seharga f-10 atau 10 gulden, dapat diperoleh dari Juragan Sule di sekretariat Jalan Dokterstraat.

Pacuan kuda di Dadaha tidak hanya sekedar ajang pacuan kuda namun juga menjadi tontonan kehidupan sosial masyarakat. Kali ini tidak hanya mengobarkan gairah untuk berolahraga tetapi juga menjadi ajang bersosialisasi dan merayakan kegembiraan.
Dadaha tidak hanya menjadi tempat mengamati kecepatan kuda namun juga menjadi tempat bertemunya berbagai lapisan masyarakat dalam suatu kegiatan yang menarik.

Seiring berjalannya waktu, tradisi adu kuda di Dadaha terus berkembang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Tasikmalaya. Meski telah menjelma menjadi kompleks olah raga modern, namun jiwa dan sejarah Dadaha sebagai pusat hiburan ternama masih terpatri di setiap sudutnya.

Saat ini, setiap sudut Dadaha mungkin mengandung nostalgia akan popularitas dan antusiasme saat pacuan kuda menjadi puncaknya, sehingga menciptakan warisan yang tak terlupakan bagi generasi mendatang.

0 Komentar