Artinya, kata dia, sekolah harus aktif menyampaikan kepada siswa, setiap hari bahwa yang belum punya SIM tidak boleh membawa motor. Kalau dilakukan terus-menerus, saya yakin anak-anak juga akan paham dan terbiasa,” bebernya.
Selain soal kendaraan bermotor, Mulya juga menyoroti fenomena lain yang menurutnya tak kalah penting: banyaknya pelajar yang berkeliaran di luar sekolah pada jam pelajaran. Ia menyebut hal ini sebagai persoalan serius yang perlu segera ditangani oleh pemerintah daerah bersama pihak sekolah.
“Bagi saya, yang lebih penting dari sekadar membawa kendaraan adalah memastikan anak-anak benar-benar masuk sekolah dan tidak berkeliaran di jam belajar. Coba lihat di sekitar sekolah, masih banyak anak yang nongkrong di warung, bahkan sambil merokok dan membawa motor. Ini harus jadi perhatian khusus,” ujarnya.
Baca Juga:Ubah Dirimu Jadi Fotografer Profesional, Begini Cara Mengedit Foto Menjadi Fotografer dengan Gemini AICara Mengedit Foto Menjadi Arsitek Muda yang Merancang Kota dengan Gemini AI: 18+ Prompt Pekerjaan Impian
Mulya meminta, pemerintah daerah dan pihak sekolah harus berkolaborasi untuk melakukan pengawasan rutin terhadap aktivitas pelajar di sekitar lingkungan sekolah.
“Guru juga harus bertanggung jawab memastikan siswanya tidak bolos. Kadang saya lihat sendiri, ada anak nongkrong di depan sekolah, merokok, sementara gurunya lewat begitu saja tanpa menegur. Ini kan ironis,” ucapnya.
Ia berharap, selain kebijakan larangan kendaraan bermotor, pemerintah daerah juga fokus pada pembinaan moral dan disiplin siswa di lapangan.
“Kalau anak sudah tidak ke sekolah dan lebih banyak nongkrong, dari sanalah muncul potensi kenakalan remaja. Jadi kebijakan ini harus diiringi dengan langkah nyata di lapangan,” pungkasnya. (red)