SUMEKS, Jatinunggal – Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Karang Jaya Laksana, Desa Sirnasari Kecamatan Jatinunggal berhasil mengembangkan sektor produsen beras. Hingga kini setiap bulannya, Bumdes Karang Jaya Laksana bisa menjual beras sebanyak kurang lebih 20 ton.
Ketua Bumdes Karang Jaya Laksana, Wan Dedi menyebutkan, usaha di sektor komoditas beras potensinya sangat prospektif. Mengingat beras merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Sehingga, dibutuhkan setiap hari.
Menurutnya, usaha pengolahan bidang pangan seperti menjadi produsen beras merupakan sektor strategis. Sebab, dapat meningkatkan perekonomian berbasis kemasyarakatan.
Baca Juga:Pedagang Dukung Revitalisasi PasarKecepatan Vaksinasi Rata-rata di Jawa Barat Sebesar 268. 697 Dosis Perhari
“Kenapa kita memilih usaha produsen beras. Karena masyarakat di desa kami kebanyakan petani. Padi hasil panen daripada dijual ke tengkulak lebih baik ditampung di Bumdes dengan harga yang tidak merugikan petani,” ujar Wan Dedi, baru-baru ini.
Kata dia, dari penjualan beras, Bumdes mendapatkan keuntungan yang relatif besar. Dari keuntungan itu, tentunya akan berdampak pada naiknya PAD desa.
“Jadi masyarakat selain untung dari penjualan padinya, secara tidak langsung juga menyumbang PAD desa. Kalau PAD naik, ya warga juga bisa sejahtera,” katanya.
Wan Dedi menggambarkan, untuk ketersediaan stok beras, Bumdes membeli padi dari warga. Selanjutnya pihak Bumdes mengolah di penggilingan hingga menjadi beras.
“Beras yang sudah diolah ada yang dijual ke Pasar Induk di Bandung ada juga untuk konsumen masyarakat setempat. Bahkan, untuk penjualan keluar kami targetkan 30 ton per bulan dengan kualitas beras yang tinggi,” katanya.
Dia mengakui, keberlangsungan Bumdes berusaha di sektor produsen beras, menyerap tenaga kerja yang lumayan banyak. Dengan demikian peluang ini bisa memberdayakan warga setempat.
“Sebagaimana target dari pendirian Bumdes yang harus bisa memberdayakan masyarakat. Dengan banyaknya warga yang berdaya itu indikator bahwa Bumdes berjalan,” katanya lagi.
Baca Juga:Audiensi Insan Musik, Menko Airlangga Dorong Tata Kelola Industri Musik Berbasis DigitalProgram BTPLKW Dijalankan Melalui TNI Polri, Bukan Kami
Namun demikian, kata Wan Dedi, untuk menggenjot produktivitas memang diperlukan sarana pendukung yang memadai.
Dia mengakui, kini keberlangsungan usahanya masih terkendala belum memiliki mesin pengolah padi. Proses pengolahan atau penggilingan padi masih rental ke pabrik yang memiliki mesin.
“Diupayakan kedepan harus memiliki pengolahan sendiri. Karena keuntungan ketika memiliki mesin pengolah sendiri akan besar dan tenaga kerja akan bertambah,” ucapnya.