Lapang Darongdong, Saksi Long March Pasukan Siliwangi

Lapang Darongdong, Saksi Long March Pasukan Siliwangi
Tugu Monumen Long March Siliwangi (ist/nett)
0 Komentar

sumedang, KOTA – Lapang Sepakbola Darongdong merupakan lapangan sepakbola di Desa/Kecamatan Buahdua. Sedikit orang yang tahu lapangan Darongdong memiliki sejarah kental perjuangan bangsa Indonesia.

Bahkan, Desa/Kecamatan Buahdua sendiri kini dijuluki Jogja Dua, karena memiliki ikatan dengan bekas ibukota Indonesia yakni Jogjakarta.

Saat Perjanjian Renville pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia.

Baca Juga:PAN Bidik Tokoh Populer Jadi BacalegPuluhan Anak Yatim dan Yatim Piatu Terima Santunan

Gubernur Jendral Van Mook dari Belanda memerintahkan gencatan senjata pada tanggal 5 Agustus 1947.

Pada 25 Agustus 1947, Dewan Keamanan mengeluarkan resolusi yang diusulkan Amerika Serikat bahwa Dewan Keamanan akan menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda secara damai. Mereka sepakat membentuk Komisi Tiga Negara yang terdiri dari Belgia yang dipilih oleh Belanda, Australia yang dipilih oleh Indonesia, dan Amerika Serikat yang disetujui kedua belah pihak.

Pada 29 Agustus 1947, Belanda memproklamirkan garis Van Mook yang membatasi wilayah Indonesia dan Belanda. Republik Indonesia menjadi tinggal sepertiga Pulau Jawa dan kebanyakan pulau di Sumatra, tetapi Indonesia tidak mendapat wilayah utama penghasil makanan. Blokade oleh Belanda juga mencegah masuknya persenjataan, makanan dan pakaian menuju ke wilayah Indonesia.

Seorang warga Buahdua Engkos menjelaskan hijrahnya Devisi Siliwangi ke Yogyakarta akibat buah perjanjian Renville pada 17 Januari 1948.

“Perjanjian Renville, merugikan Indonesia, karena Devisi Siliwangi harus terusir dari Jawa Barat. Seperti point 3 perjanjian Renville, bahwa TNI di wilayah kantong Belanda, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur harus ditarik mundur masuk wilayah RI yaitu Yogyakarta,” ungkap Engkos.

Kurang lebih perjalanan menelan waktu selama 10 hari, seluruh kekuatan Siliwangi tiba di Negara RI. Di stasiun Tugu Jogjakarta disambut Perdana Mentri Mohammad Hatta dan Panglima tertinggi Jenderal Sudirman serta ribuan masyarakat Yogyakarta.

Namun, Belanda melanggar perjanjian Renville dengan menyerang Jogjakarta yang dikenal dengan Agresi Militer Belanda II.

Baca Juga:Sultan Motor, Berikan Kemudahan Bagi MasyarakatBanyak Perajin, Bakom Jadi Sentra Opak

Peristiwa itu menyulut perlawanan TNI, bahkan di pintu pulang untuk kembali menduduki basis-basis perlawanan di daerah, termasuk di Jawa Barat.

Dikatakan, peristiwa long march Devisi Siliwangi Brigade XIII dipimpin Letkol Sadikin menempuh berbagai rute dan sukses mencapai daerah yang sudah ditentukan, yakni Buahdua Sumedang. Namun, banyak anggota long march yang gugur.

0 Komentar