Jangan Marah Yang Berlebihan

Jangan Marah Yang Berlebihan
H. Sadulloh, SQ, Wakil Katib PWNU Jawa Barat (ist)
0 Komentar

 

Al-Imam al-Ghazali sebagaimana dikutip Syekh Jamaluddin al-Qasimi mengatakan: “Adapun (mengatasi amarah dengan) amal, katakanlah dengan lisanmu, A’ûdzu billâhi minasy syaithânir rajîm (aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk). Bila engkau berdiri, duduklah. Bila engkau duduk, tidurlah miring. Disunahkan berwudhu dengan air yang dingin, sesungguhnya kemarahan adalah dari api, sedangkan api tidaklah bisa dipadamkan kecuali dengan air.”

Barangkali ekspresi kemarahan menurut sebagian kalangan adalah sebuah perbuatan yang menunjukan ketegasan, keberanian, dan keperkasaan. Mereka tidak sadar bahwa yang demikian tersebut timbul dari kebodohannya, pelakunya tidak mengerti bahwa untuk menunjukan keberanian tidak harus bersikap demikian.

Bahkan menurut Imam al-Ghazali perbuatan tersebut menunjukan sakitnya hati dan kurangnya akal. Orang yang bodoh tentang hal ini bisa diobati dengan dibacakan kepadanya hikayat-hikayat tentang ahli pemaaf dan kebaikan-kebaikan yang didapatkan dari mereka. Dan motifasi paling besar yang mendorong untuk marah menurut mayoritas orang bodoh adalah apa yang mereka sebut kemarahan sebagai keberanian dan kemuliaan diri, sehingga dianggap baik dan dicondongi oleh nafsu.

Baca Juga:Ratusan Warga Terima BLT DD dan BLT BBMLongsor di Tegalmanggung Berdampak ke Desa Cimanggung

Ini adalah kebodohan, bahkan penyakit hati dan kurangnya akal. Orang bodoh ini bisa diobati dengan cara dibacakan kepadanya cerita-cerita orang yang ramah dan pemaaf, dan hal-hal yang dianggap baik dari mereka berupa menahan amarah, sesungguhnya hal tersebut dikutip dari para Nabi dan Ulama. Semoga kita mampu untuk mengamalkannya. (**)

Oleh: KH Sadulloh, SQ, Wakil Katib PWNU Jawa Barat

0 Komentar