Harga Kedelai Melonjak Naik

Harga Kedelai Melonjak Naik
Seorang pedagang tahu saat memotong tahu sebelum digoreng. Kembali naiknya harga kedelai akan berpengaruh kepada penghasilan perajin tahu (KEGGA KEGGYAN/SUMEKS)
0 Komentar

sumedang, KOTA – Sudah hampir selama dua pekan harga kedelai kembali melonjak naik. Kali ini, harga kedelai menembus harga Rp 14 ribu/kilogramnya.

Pegawai Toko Alami Sari Rika Nur Akomah menjelaskan, kini harga kedelai tembus sampai Rp 14 ribu/kilogramnya. Sebelumnya, hanya Rp 13 ribu untuk setiap kilogramnya.

“Kini sudah sejak dari dua minggu ke belakang jadi Rp 14 ribu per kilogramnya,” ucap Rika kepada Sumeks, Kamis (29/10).

Baca Juga:Waduh! Operasional Tol Cisumdawu Terkesan Ragu-ragu, Keterangan Pejabat Tidak SinkronSumedang, Majalengka, Subang Haruskah Khawatir Ketersediaan Pangan?

Sejumlah pembelipun terpaksa harus mengurangi pembeliannya lantaran harganya yang kian meroket.

“Omsetnya berkurang sekarang sekitar 15 persen,” kata Rika.

Konsumennya sendiri kebanyakan para perajin tahu yang berada di seputaran Sumedang Kota. Sebagian, dikirim ke beberapa daerah seperti Subang dan Majalengka.

Sementara itu, Gabungan Koperasi Tahu Tempe (Gakoptindo) minta pemerintah menggenjot produksi kedelai lokal di tengah naiknya harga kedelai saat ini.

Sebab, harga kedelai saat ini telah melambung cukup signifikan, bahkan membuat perajin tempe dan tahu merugi.

Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin mengatakan akibat naiknya harga kedelai, membuat perajin tempe dan tahu merugi dan menyebabkan 40 ribu perajin mengalami kebangkrutan.

“Iya, bangkrut ada sekitar 20-30 persen yang jelas sekarang ini kami susah,” ujar Aip saat dikonfirmasi, baru-baru ini.

Menurut Aip, kenaikan harga kedelai tak terhindarkan, pada awal tahun harga kedelai Rp 8.000 per kilogram, sedangkan saat ini naik menjadi Rp 13 sampai 14 ribu per kilogram.

Baca Juga:Tempat Wisata Sumedang Belum MaksimalAntarkan UMKM Naik Kelas, BRI Perkuat Ekosistem Bisnis Berbasis Ekonomi Kerakyatan

“Kami minta pemerintah untuk bisa memproduksi kedelai lokal karena kedelai lokal sangat bagus untuk dibuat tahu dan lebih bergizi daripada kedelai impor. Rasanya juga lebih enak,” ungkapnya.

Selain itu, petani, pengrajin hingga masyarakat yang mengkonsumsi pun ikut sejahtera karena harga murah dan lebih sehat.

Aip mengungkapkan para perajin yang masih bertahan harus menyiasati produknya agar tidak rugi besar, seperti mengurangi jumlah produksi dan ukuran tempe atau tahu.

“Ada yang mengurangi produksi, ada yang mengurangi ukuran, ada yang menaikkan harga dan lain-lain,” ungkap Aip.

Aip berharap pemerintah bisa mengendalikan harga kedelai impor dan meningkatkan produksi kedelai lokal. (kga/bbs)

0 Komentar