sumedangekspres – Irawati Puteri adalah seorang gadis asal Indonesia yang baru diterima di Stanford untuk mengambil gelar master di Program Analisis Kebijakan Pendidikan Internasional.
Melalui akun Twitter pribadinya, dia juga menceritakan perjalanan yang harus dilewati sebelum akhirnya diterima di Stanford.
Pada 26 Februari 2023 lalu, dia menuliskan di tweetnya, bahwa dia berasal dari keluarga yang miskin.
Baca Juga:JHope di Live Streaming : Semakin Cepat Aku Wamil, Semakin Cepat Aku…Sandal Tidak Mau Lepas dari Kaki Seorang Anak, Akibat Diolesi Lem Oleh Temannya
“aku dr org susah banget, aku ngajar supaya bisa biayain keluargaku dan kuliah. waktu diterima di Hukum UI, aku tetep lanjut ngajar. ngajar adalah bagian besar dr hidup aku, hence aku pilih lanjut karir dan master di bidang pendidikan.🥺” tulisnya di akun Twitternya @irawatiputeri.
Dia juga menceritakan kisah orang tuanya sebelum ia lahir. Disebutkan bahwa Ayahnya ketika berusia 9 tahun sudah menyandang status yatim piatu. Dan saat itu pun Ayahnya harus putus selokah dan mencari nafkah untuk dirinya sendiri.
Diceritakan juga bahwa Ibunya saat berusia 16 harus putus sekolah demi saudara yang lainnya bisa melanjutkan pendidikan.
“From an early age, I realized that education was my only way to break out of the poverty cycle and recast my family’s future. My father was orphaned at 9, he had to quit elementary school and start fending for himself. My mother had to quit high school at 16 so that her siblings, could continue their education in her stead.” tulisnya lagi.
Ira tumbuh di lingkungan yang paling kumuh di Jakarta.
“They did their best to give me and my two younger brothers a better life, however, with their level of education, life was tough. I grew up in the slumbest neighborhood in Jakarta.” lanjutnya.
Masalah makanan pun harus dibagi menjadi lima porsi dan hanya memakan daging sapi satu tahu sekali, setiap Hari Raya Idul Adha.
“We were very used to divide a portion of food into 5 and only able to eat beef once a year on Eid al-Adha — when well-off Moslems have a lot spare to the poor and needy. We were the poor and needy.” tambahnya.