sumedangekspres – Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena mencari pasangan bule terutama yang berkantong tebal menjadi tren yang cukup ramai diperbincangkan.
Banyak yang menyebutnya sebagai “cinta internasional,” tapi di balik itu, tak sedikit yang mempertanyakan: apakah ini murni soal cinta atau justru didorong oleh gengsi dan kebutuhan sosial tertentu?
Mari kita lihat lebih dalam dari sudut pandang psikologi.
1. Keinginan Hidup Nyaman: Naluri Dasar atau Ambisi Berlebih?
Setiap manusia tentu mendambakan kehidupan yang lebih baik.
Dalam psikologi, ini termasuk kebutuhan dasar menurut teori Abraham Maslow: rasa aman, kenyamanan, dan kestabilan ekonomi.
Baca Juga:Cara Mendaftar dan Lolos Seleksi di Aplikasi Jodoh Orang Kaya seperti Luxy dan The LeaguePerbedaan Mendasar Aplikasi Jodoh Orang Kaya dan Aplikasi Kencan Umum
Ketika seseorang melihat bule kaya sebagai jalan pintas menuju hidup mapan, ini bukan hal aneh.
Tapi ketika ambisinya berlebihan, relasi bisa berubah jadi transaksional: kamu memberi cinta, dia memberi kemewahan.
2. Gengsi Sosial: Ingin Dianggap “Naik Kelas”
Dalam banyak kasus, motivasi mencari bule kaya muncul dari dorongan untuk mendapat pengakuan sosial.
Seolah-olah, memiliki pasangan bule dianggap sebagai prestasi hidup.
Ini berkaitan dengan konsep “impression management” dalam psikologi sosial bagaimana seseorang ingin dipersepsikan lebih tinggi di mata orang lain.
3. Pengaruh Media dan Sosial Media
Media sering menggambarkan hubungan dengan bule kaya sebagai kehidupan yang glamor: tinggal di luar negeri, jalan-jalan ke negara eksotis, pesta mewah, dan kehidupan yang tampak ideal.
Di media sosial, pasangan lokal-bule juga kerap dijadikan konten menarik. Ini menciptakan persepsi bahwa jodoh bule adalah tiket menuju “hidup sempurna.”
4. Krisis Identitas dan Inferioritas Budaya
Beberapa orang secara tidak sadar menganggap budaya asing lebih tinggi daripada budaya lokal.
Baca Juga:Daftar Aplikasi Jodoh Orang Kaya: Kenapa Semakin Diminati di Indonesia?5 Aplikasi Jodoh Orang Kaya yang Populer di Kalangan Elite
Ini bisa berasal dari pengalaman masa lalu, trauma sosial, atau kurangnya rasa bangga terhadap jati diri.
Dalam psikologi, ini bisa disebut sebagai inferiority complex, di mana seseorang merasa lebih rendah dan mencoba “menaikkan level” dengan pasangan dari luar negeri.
5. Benarkah Cinta Tak Pandang Asal dan Harta?
Tentu, tidak semua hubungan bule-lokal didasari oleh gengsi atau uang.
Banyak juga yang benar-benar tumbuh dari ketertarikan emosional, kepribadian, atau nilai hidup yang sama.