Kenapa harus seperti itu? Sebab di pesantren kita ‘Nyantri’, maka seorang santri dalam menjalani kehidupan sehari-hari penuh dengan seni.
Ada yang rajin ngaji, ada yang sukanya tidur, ada kreatif membuat karya seni, ada yang sukanya berekonomi (berdagang), ada yang suka olahraga, ada yang suka menulis dan lain-lain.
Itu tumbuh dengan sendirinya dalam diri seorang santri dan semua ilmunya di dapatkan juga ketika mengaji. Maka jangan heran ketika seorang santri ketika pulang berbeda-beda. Itu sudah sesuai dengan kebiasaannya ketika di pesantren.
Baca Juga:Asep Sutisna Jadi Pjs Ketua IKA SMKN 6 BandungWarga Harus Waspadai Cuaca Ekstrem
Seorang santri bisa menjadi apa saja, tidak hanya menjadi seorang kiyai. Yang terpenting dirinya bisa bermanfaat bagi lingkungannya.
*Nyantri, Ngaji lalu Ngabdi*
Ngabdi ala Pesantren Al-Hikamussalafiyyah ini sudah melekat di dalam diri para santri. Sebab seorang santri yang mentafakuri diri akan menyadari setelah ia mendapatkan kebahagiaan.
Entah ia masih diam di pesantren ataupun sudah menjadi alumni. Banyak cara pengabdian yang dilakukan santri dan alumni. Minimal silaturahmi kepada guru-guru di pesantren.
Ngabdi disana bukan serta Merta harus Ngabdi di Pesantren Al-Hikamussalafiyyah. Tapi lebih ke pengabdian kepada masyarakat.
Ilmu yang didapatkan selama di Pesantren bisa bermanfaat dan dimanfaatkan dalam kehidupan nyata. Yang terpenting bisa bermanfaat untuk orang lain yang ada disekitarnya.
Pengabdian ke masyarakat dengan mengamalkan ilmu yang didapat di Pesantren sama halnya mengabdi ke pesantren itu sendiri.
Arti dari pengabdian seorang santri tiada lain hanya ingin mendapatkan Do’a dan ridho dari seorang guru supaya mendapatkan keberkahan dari ilmu itu sendiri. Sebab, ada kita mempunyai tiga orangtua yang harus kita hormati
Baca Juga:Jatimulya Fokus Pada Ketahanan PanganAtlet PBSI Sumedang Harus Berikan Usaha Terbaik
Pertama adalah orang tua yang melahirkan kita. Hal tersebut menurutnya merupakan sebuah kewajiban kita selaku anak untuk menghormati mereka karena telah melahirkan kita ke alam dunia.
Kedua, yaitu orang tua yang mendidik kita. Yang dimaksud dengan orang tua yang mendidik kita adalah guru. Guru yang telah mengenalkan dan mengarahkan kita agar kita bisa selamat di dunia sampai di akhirat.