Bandung Punya Sejarah: Menyelusuri Wisata Sejarah di Museum Konferensi Asia Afrika

Menyelusuri Wisata Sejarah di Museum Konferensi Asia Afrika
Menyelusuri Wisata Sejarah di Museum Konferensi Asia Afrika
0 Komentar

sumedangekspres– Menyelusuri Wisata Sejarah di Museum Konferensi Asia Afrika,

Sejarah Museum Konferensi Asia-Afrika
Sebelum menjadi Gedung Merdeka, bangunan ini dibangun untuk tempat berkumpul para elite Eropa, bernama Societeit Concordia. Gedung yang berdiri di persimpangan Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika tersebut berdiri pada 29 Juni 1879.

Menyelusuri Wisata Sejarah di Museum Konferensi Asia Afrika, tujuan didirikannya gedung ini adalah “de bevordering van gezellig verkeer”. Artinya, meningkatkan hubungan kalangan Eropa di Bandung. Masyarakat dari kelompok eksklusif tersebut menggunakan gedung yang membentang di atas tanah seluas 7.983 meter persegi.

Tempat tersebut hanya berupa bangunan biasa, yang sebagian dindingnya terbuat dari papan dan penerangannya menggunakan lentera minyak tanah. Bangunan ini berada di sudut jalan “Groote Postweg” (Jalan Asia-Afrika) dan “Bragaweg” (Jalan Braga). Di sisi kanan bangunan terdapat Tjikapoendoeng (Cikapundung), area sungai yang menyegarkan yang ditumbuhi pepohonan rindang.

Baca Juga:Citarasa Kuliner Unik Bandung : Makanan Kaki Lima Terlezat Rasa Bintang 5 di BandungMenyelusuri Kebun binatang Bandung: Banyak Atraksi Hewan yang Menakjubkan

Societeit Concordia berfungsi sebagai gedung dansa, hiburan, dan tempat berkumpulnya sosialita kaya di Bandung dan sekitarnya. Pengunjungnya termasuk pemilik atau karyawan perkebunan, pejabat, dan pengusaha kaya. Selama akhir pekan, gedung itu dipenuhi orang-orang yang menikmati pertunjukan seni, tarian sosial, dan makan malam.

Kemudian pada 1926, bangunan dirancang ulang dalam gaya art-deco oleh Van Galen dan C.P. Wolff Schoemaker. Keduanya adalah arsitek ternama sekaligus profesor di Technische Hogeschool (sekarang Institut Teknologi Bandung). Bangunan seluas 7500 meter persegi tersebut berlantai marmer Italia dengan kamar-kamar yang menggunakan kayu cikenhout serta dihiasi dengan lampu kristal di langit-langit.

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, bangunan ini berganti nama menjadi Dai Toa Kaman dan berfungsi sebagai pusat kebudayaan. Setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, bangunan tersebut digunakan sebagai markas pejuang kemerdekaan Indonesia melawan pasukan Jepang.

Setelah Kemerdekaan RI diakui oleh Belanda pada 1949, Gedung Concordia kembali digunakan sebagai ruang pertemuan umum, pertunjukan seni, pesta, tarian, dan jamuan makan malam.

Pada 1954, pemerintah Indonesia menunjuk Bandung sebagai tuan rumah Konferensi Asia-Afrika, Gedung Concordia dipilih sebagai tempat konferensi Internasional ini. Saat itu, bangunan ini merupakan aula terbesar dan termegah di Bandung. Lokasinya strategis dekat dengan Savoy Homann Hotel dan Preanger Hotel di pusat kota.

0 Komentar