sumedang, DARMARAJA – Air Waduk Jatigede tidak surut, tahun ini warga tidak bisa memanfaatkan lahan sawah di areal genangan.
Untuk tahun ini, air waduk Jatigede masih belum ada penurunan. Padahal, biasanya bulan 6 atau Juni warga sudah bisa menanami lahan dengan palawija atau tanaman padi karena dampak penyurutan air waduk.
Tidak bisa dipungkiri, warga yang berkeahlian dalam bidang bercocok tanam tetap mengharapkan untuk bisa mengolah lahan yang terdampak penyurutan air waduk.
Baca Juga:Pemkab Fokus Turunkan Angka StuntingDinas Pertanian Labeli Hewan Kurban
Seperti yang diutarakan salah satu warga Desa Tarunajaya Kecamatan Darmaraja, Ayim kepada Sumeks, Rabu (6/7).
Dia menyebutkan, untuk bisa menyambung makan, pihaknya mengandalkan bercocok tanam di lahan genangan pada saat air waduk surut. Sebab, keahliannya selama ini hanya bercocok tanam.
“Tahun ini sepertinya saya tidak bisa mengolah lahan genangan, karena airnya juga tidak kunjung surut. Untuk menyambung hidup saya harus cari kuli lain,” katanya.
Memasuki musim kemarau seperti saat ini, biasanya warga berani berspekulasi menanam padi. Sebab, pada musim kemarau air waduk terus surut, beda lagi pada saat memasuki musim hujan, warga hanya berani bercocok tanam jenis palawija yang masa panennya lebih singkat.
“Kalau bulan-bulan sekarang, biasanya saya berani menanam padi, karena air terus surut. Jadi tidak khawatir terendam air, beda lagi pada masa air waduk merangkak naik, pada musim hujan,” ucapnya.
Dia mengakui, hasil dari memanfaatkan lahan genangan bisa menutupi kebutuhan beras selama tiga sampai empat bulan. Bahkan, kalau lahan yang di manfaatkan luas, bisa cukup untuk enam bulan.
“Hasil dari bercocok tanam di lahan genangan, itu bisa membantu ketersediaan beras untuk 4 sampai 6 bulan,” katanya. (eri)